Sabtu, 27 Juni 2009

Maafkan Aku Yang Lebih Mencintai-Nya

Maafkan Aku Yang Lebih Mencintai-Nya

Bila mentari beranjak ke peraduan
Ku ingin rasa ini tetap ku bawa
Memancang diatas hatiku yang paling tinggi
Mengibarkan panji kebahagiaan

Jejak yang tertinggal kerap bermain disudut pikiranku
Membalut kesepian yang terkapar ditepian malam
Tersedu bersama kenyataan yang terserak
Karena ada yang lain dalam hatiku!

Maafkan aku, marahmu tersulut oleh apiku
Tuangkan caci itu pada bejanaku
Tuliskan serapahmu pada kitab kalbuku
Maafkan aku jika harus mengucap, "Kau bukan segalaku!"

Jangan tanyakan besar cintaku untukmu
Tak perlu lagi kau ragukan warna cintaku
Kau harus membaca setiap lembaran buku cintaku
Hingga kau tahu, aku tetap mencintaimu sepenuh ragaku
Meski kau harus mengalah saat aku bercumbu dengan-Nya

Maafkan aku kekasihku!

Maafkan aku kekasihku!

Dengarlah nyanyian burung hantu
Karena itu nyanyian hatiku

Rasakan segarnya lambaian angin
Karena itu yang kuinginkan

Lihatlah ombak yang menderu di atas pantai
Karena itulah perasaanku saat ini

Perhatikanlah seorang pembunuh
Yang sedang disidang oleh hakim
Dan memasrahkan nyawanya pada hukum,
Itulah yang akan kulakukan
Jika waktu sedang menjadi malaikat untuk kita

Semoga malaikat cepat menghampiriku
Agar aku dapat meninggalkan gundahku
Di laut lepas
Dan melangkah bersamamu
Kembali ..

Jumat, 19 Juni 2009

Pak Google oh,... pak Google,..........

Siapa yang tak kenal dengan Google. Kata Google sepertinya sudah melekat kuat di benak puluhan juta pengguna Internet. "Googling aja..", atau "tanya om Google.., celetukan seperti itu sering dilontarkan kalangan pengguna Internet kepada mereka yang ingin berburu informasi.Bahkan Google mungkin menjadi ‘perhentian’ pertama bagi sebagian pengguna Internet ketika melakukan pencarian. Tampil sederhana dengan logo warna-warninya, dalam waktu singkat raksasa mesin cari ini mampu melayani ratusan juta pencarian dalam sehari.Cukup ketikkan kata kunci informasi yang ingin dicari, Google akan menyuguhkan informasi yang terkait dengan pencarian dalam waktu singkat. Berikut beberapa informasi perihal apa saja yang bisa Anda lakukan dengan mesin cari Google, beserta sedikit tips yang bisa diterapkan saat melakukan pencarian.

1. Bubuhi tanda kutip ("…"), jika Anda ingin mencari informasi yang tepat sasaran.

Tanda kutip akan menghasilkan halaman-halaman web yang lebih tepat sasaran dan berhubungan erat dengan informasi yang Anda cari. Dengan membubuhkan tanda kutip di awal dan akhir kumpulan kata, maka Google akan menyuguhkan hasil pencarian yang sama persis dengan yang Anda ketikkan.

2. Pakai tanda "~" untuk mencari sinonim kata.

Coba amati bagian ujung kiri atas keyboard Anda.
Disana Anda akan menemukan tanda ~ bukan? Mungkin beberapa dari Anda ada yang tidak tahu fungsi karakter ini. Tanda ini ternyata sangat berguna dalam melakukan pencarian di Google. Coba ketikkan karakter ini di depan sebuah kata (tanpa spasi). Dengan begitu Google akan mencari halaman berisi kata yang dimaksud tadi atau sinonimnya.

3. Klik "Images" jika Anda ingin mencari gambar.

Mau mencari foto artis idola Anda? Klik saja tombol "Images" yang terletak di atas kotak pencarian, lalu ketikkan nama artis atau tokoh yang Anda inginkan.
Google akan mencarikan foto atau gambar tersebut di database-nya lengkap dengan link halaman tempat gambar tersebut muncul.

4. Ketikkan kata yang lebih panjang agar hasil pencarian lebih relevan.

Ada baiknya jika Anda mengetikkan kata yang lebih panjang di kotak pencarian Google agar hasil pencariannya lebih baik.

5. Google bisa menjadi kamus dan menterjemahkan bahasa.

Ingin mencari definisi sebuah kata? Google bisa berfungsi sebagai kamus. Cukup tambahkan kata "define" diikuti kata yang ingin Anda cari, maka Google akan memberikan definisi yang Anda ingin cari dalam waktu singkat.

Selain itu, Google juga bisa menjadi penterjemah bahasa. Perhatikan link "Languange Tools" yang ada di sebelah kanan kotak pencarian di homepage Google. Klik link tersebut, Anda akan diantarkan ke layanan penerjemahan Google. Ada banyak bahasa yang tersedia disana.

6. Ada banyak informasi yang tersedia dari buku-buku aktual di dunia.

Ibaratnya sebuah rak yang berisi buku-buku, Google juga punya ‘rak’ buku online. Coba buka alamat "www.books.google.com", disana Anda bisa melihat atau membaca beragam teks dari buku-buku aktual di seluruh dunia. Hanya saja, yang dapat Anda buka atau baca adalah yang karyanya tidak dilindungi hak cipta.

7. Kalkulator dan buku telepon online.

Google bisa juga dipakai sebagai kalkulator. Cukup ketikkan angka yang ingin Anda olah di kotak pencarian, Google akan mengolahnya seperti layaknya kalkulator yang biasa kita pakai. Misalnya 145+869, 125*45, 10% of 100 dan sebagainya.

Selain kalkulator, Google juga bisa dimanfaatkan sebagai buku telepon. Cukup ketik nama seseorang yang Anda cari, nama kota, propinsi atau nama negaranya di kotak pencarian, Google akan menyuguhkan informasi yang Anda cari itu.

8. Apa fungsi tombol I’m Feeling Lucky?

Tombol I’m Feeling Lucky yang ada di homepage Google mungkin akan sangat berguna bagi Anda yang tak ingin buang waktu membaca hasil pencarian yang dikeluarkan Google satu persatu. Masukkan kata yang Anda cari, lalu klik tombol ini, maka Google akan memotong daftar hasil pencarian yang panjang tadi. Anda akan diantarkan langsung ke halaman web yang paling sesuai.
Misalnya, Indonesia University, klik tombol I’m Feeling Lucky maka Anda akan diantarkan langsung ke situs UI.

Ada banyak lagi yang bisa Anda telusuri melalui mesin cari Google. Semisal informasi berita-berita terbaru melalui link "News", video, layanan peta, cuaca, harga saham dan lain sebagainya.

Tan Malaka Dalam Misteri II

Tan Malaka (1897-1849)

GERILYAWAN REVOLUSIONER YANG LEGENDARIS

Tan Malaka –lengkapnya Ibrahim Datuk Tan Malaka—menurut keturunannya ia termasuk suku bangsa Minangkabau. Pada tanggal 2 Juni 1897 di desa Pandan Gadang –Sumatra Barat—Tan Malaka dilahirkan. Ia termasuk salah seorang tokoh bangsa yang sangat luar biasa, bahkan dapat dikatakan sejajar dengan tokoh-tokoh nasional yang membawa bangsa Indonesia sampai saat kemerdekaan seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Moh.Yamin dan lain-lain.

Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner ini telah banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang orisinil, berbobot dan brilian hingga berperan besar dalam sejarah perjaungan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia mendapat julukan tokoh revolusioner yang legendaris.

Pada tahun 1921 Tan Malaka telah terjun ke dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu juga merencanakan suatu pengorganisasian dalam bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI (Syarekat Islam) untuk menyusun suatu sistem tentang kursus-kursus kader serta ajaran-ajaran komunis, gerakan-gerakan aksi komunis, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang pembentukan kursus-kursus semacam itu sehingga mengambil tindakan tegas bagi pesertanya.

Melihat hal itu Tan Malaka mempunyai niat untuk mendirikan sekolah-sekolah sebagai anak-anak anggota SI untuk penciptaan kader-kader baru. Juga dengan alasan pertama: memberi banyak jalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di dunia kapitalis (berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu, Jawa dan lain-lain); kedua, memberikan kebebasan kepada murid untuk mengikuti kegemaran (hobby) mereka dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan; ketiga, untuk memperbaiki nasib kaum kromo (lemah/miskin). Untuk mendirikan sekolah itu, ruang rapat SI Semarang diubah menjadi sekolah. Dan sekolah itu bertumbuh sangat cepat hingga sekolah itu semakin lama semakin besar.

Perjaungan Tan Malaka tidaklah hanya sebatas pada usaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu, tapi juga pada gerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan para buruh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP dan aksi-aksi pemogokan, disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yang ditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilan yang diterima oleh kaum buruh.

Seperti dikatakan Tan Malaka pad apidatonya di depan para buruh “Semua gerakan buruh untuk mengeluarkan suatu pemogokan umum sebagai pernyataan simpati, apabila nanti menglami kegagalan maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untuk berjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner”.

Pergulatan Tan Malaka dengan partai komunis di dunia sangatlah jelas. Ia tidak hanya mempunyai hak untuk memberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan pengawasan supaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional) dan Profintern seperti yang telah ditentukan di kongres-kongres Moskow diikuti oleh kaum komunis dunia. Dengan demikian tanggung-jawabnya sebagai wakil Komintern lebih berat dari keanggotaannya di PKI.

Sebagai seorang pemimpin yang masih sangat muda ia meletakkan tanggung jawab yang saangat berat pada pundaknya. Tan Malaka dan sebagian kawan-kawannya memisahkan diri dan kemudian memutuskan hubungan dengan PKI, Sardjono-Alimin-Musso. Pemberontakan 1926 yang direkayasa dari Keputusan Prambanan yang berakibat bunuh diri bagi perjuangan nasional rakyat Indonesia melawan penjajah waktu itu. Pemberontakan 1926 hanya merupakan gejolak kerusuhan dan keributan kecil di beberapa daerah di Indonesia. Maka dengan mudah dalam waktu singkat pihak penjajah Belanda dapat mengakhirinya. Akibatnya ribuan pejuang politik ditangkap dan ditahan. Ada yang disiksa, ada yang dibunuh dan banyak yang dibuang ke Boven Digul Irian Jaya. Peristiwa ini dijadikan dalih oleh Belanda untuk menangkap, menahan dan membuang setiap orang yang melawan mereka, sekalipun bukan PKI. Maka perjaungan nasional mendapat pukulan yang sangat berat dan mengalami kemunduran besar serta lumpuh selama bertahun-tahun.

Tan Malaka yang berada di luar negeri pada waktu itu, berkumpul dengan beberapa temannya di Bangkok. Di ibukota Thailand itu, bersama Soebakat dan Djamaludddin Tamin, Juni 1927 Tan Malaka memproklamasikan berdirinya Partai Republik Indonesia (PARI). Dua tahun sebelumnya Tan Malaka telah menulis “Menuju Republik Indonesia”. Itu ditunjukkan kepada para pejuang intelektual di Indonesia dan di negeri Belanda. Terbitnya buku itu pertama kali di Kowloon, Cina, April 1925. Prof. Moh. Yamin sejarawan dan pakar hukum kenamaan kita, dalam karya tulisnya “Tan Malaka Bapak Republik Indonesia” memberi komentar: “Tak ubahnya daripada Jefferson Washington merancangkan Republik Amerika Serikat sebelum kemerdekaannya tercapai atau Rizal Bonifacio meramalkan Philippina sebelum revolusi Philippina pecah….”

Ciri khas gagasan Tan Malaka adalah: (1) Dibentuk dengan cara berpikir ilmiah berdasarkan ilmu bukti, (2) Bersifat Indonesia sentris, (3) Futuristik dan (4) Mandiri, konsekwen serta konsisten. Tan Malaka menuangkan gagasan-gagasannya ke dalam sekitar 27 buku, brosur dan ratusan artikel di berbagai surat kabar terbitan Hindia Belanda. Karya besarnya “MADILOG” mengajak dan memperkenalkan kepada bangsa Indonesia cara berpikir ilmiah bukan berpikir secara kaji atau hafalan, bukan secara “Text book thinking”, atau bukan dogmatis dan bukan doktriner.

Madilog merupakan istilah baru dalam cara berpikir, dengan menghubungkan ilmu bukti serta mengembangkan dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar dan urat kebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia. Bukti adalah fakta dan fakta adalah lantainya ilmu bukti. Bagi filsafat, idealisme yang pokok dan pertama adalah budi (mind), kesatuan, pikiran dan penginderaan. Filsafat materialisme menganggap alam, benda dan realita nyata obyektif sekeliling sebagai yang ada, yang pokok dan yang pertama.

Bagi Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) yang pokok dan pertama adalah bukti, walau belum dapat diterangkan secara rasional dan logika tapi jika fakta sebagai landasan ilmu bukti itu ada secara konkrit, sekalipun ilmu pengetahuan secara rasional belum dapat menjelaskannya dan belum dapat menjawab apa, mengapa dan bagaimana.

Semua karya Tan Malaka danpermasalahannya dimulai dengan Indonesia. Konkritnya rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantara serta kebudayaan, sejarah lalu diakhiri dengan bagaimana mengarahkan pemecahan masalahnya. Cara tradisi nyata bangsa Indonesia dengan latar belakang sejarahnya bukanlah cara berpikir yang “text book thinking” dan untuk mencapai Republik Indonesia sudah dicetuskan sejak tahun 1925 lewat “Naar de Republiek Indonesia”.

Jika kita membaca karya-karya Tan Malaka yang meliputi semua bidang kemasyarakatan, kenegaraan, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan sampai kemiliteran (“Gerpolek”-Gerilya-Politik dan Ekonomi, 1948), maka akan kita temukan benang putih keilmiahan dan keIndonesiaan serta benang merah kemandirian, sikap konsekwen dan konsisten yang direnda jelas dalam gagasan-gagasan serta perjuangan implementasinya.

Peristiwa 3 Juli 1946 yang didahului dengan penangkapan dan penahanan Tan Malaka bersama pimpinan Persatuan Perjuangan, di dalam penjara tanpa pernah diadili selama dua setengah tahun. Setelah meletus pemberontakan FDR/PKI di Madiun, September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin, Tan Malaka dikeluarkan begitu saja dari penjara akibat peristiwa itu.

Di luar, setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi republik Indonesia akibat Perjanjian Linggarjati 1947 dan Renville 1948, yang merupakan buah dari hasil diplomasi Syahrir dan Perdana Menteri Amir Syarifuddin, Tan Malaka merintis pembentukan Partai MURBA, 7 November 1948 di Yogyakarta. Dan pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Tan Malaka gugur, hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnya di tengah-tengah perjuangan “Gerilya Pembela Proklamasi” di Pethok, Kediri, Jawa Timur.

Namun berdasarkan keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Sukarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa Tan Malaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional. (Bek)

BERGELAP-GELAPLAH DALAM TERANG, BERTERANG-TERANGLAH DALAM GELAP ! (TAN MALAKA)

Tan Malaka Dalam Misteri I

BEGITU banyak cerita tentang Tan Malaka—sang pacar merah Indonesia, tokoh yang suatu kali dielu-elukan sebagai ratu adil, dan di kali berikutnya dianggap sebagai orang yang paling ber­ba­haya oleh teman-temannya di era revolusi kemerdekaan Indo­nesia. Tetapi dari semua itu, un­tuk sementara, bagian yang pa­ling misterius adalah tentang ke­matiannya. Siapa yang membu­nuh Tan Malaka, karena apa, dan di mana kuburnya?

Dalam sebuah diskusi bertema ”Menguak Misteri Kematian Tan Malaka” yang digelar di Gedung Joang ’45, Menteng, Jakarta, ak­hir pekan lalu (13/1), sejarawan Harry A Poeze yang menulis se­jumlah buku tentang Tan Malaka mengatakan, dia tengah me­nyiap­­kan sebuah sequel yang ber­­cerita tentang saat-saat men­jelang eksekusi Tan Malaka.

Laki-laki berdarah Minang yang suatu kali di era 1920-an pernah ja­di guru di Medan dan punya na­ma asli Ibrahim itu, kata Poe­ze, dieksekusi di sekitar Kediri. Poeze yang juga peneliti Konin­klijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde (KITLV), Belanda, me­ngatakan bahwa dia menemu­kan tiga titik di Jawa Timur yang kemungkinan besar menjadi kuburan Tan Malaka.

Poeze yakin seyakin-yakin­nya—dia mengatakan keyakin­annya sebesar 99,99 persen—bahwa cerita tentang kematian Tan Malaka versinya yang akan terbit beberapa bulan lagi adalah benar. Menunggu sequel itu, Poeze hanya bersedia mem­bagi ini­sial pembunuh Tan Malaka: Su. Su yang mana?

Menjelang Ajal

Menjelang akhir Maret 1946, Tan Malaka ditangkap. Dia di­tu­duh berkomplot untuk menculik Perdana Menteri Sjahrir dan se­jumlah anggota kabinet. Be­berapa hari setelah penangkapan Tan Malaka, penculikan itu men­jadi kenyataan. Perdana Menteri Sjah­rir dan sejumlah anggota Ka­binet Sjahrir II diculik oleh—be­lakang­an setelah Sjahrir dibe­bas­kan diketahui adalah—Mayor Jen­deral Sudarsono, yang punya kai­tan dengan Persatuan Per­juangan.

Adalah Tan Malaka yang men­jadi motor pendiri Persatuan Per­juangan di Purwokerto awal ta­hun itu. PP dibentuk oleh 141 or­ganisasi, mulai dari partai politik seperti Masyumi dan PNI, sam­pai kesatuan-kesatuan laskar rak­yat. Mereka tak puas dengan di­plomasi Sjahrir yang mereka nilai terlalu lambat. Setelah membe­baskan Sjahrir, Soedarsono me­ngajukan sejumlah tuntutan ke­pada Presiden Sukarno. Antara la­in meminta agar Kabinet Sjah­rir II dibubarkan, dan Presiden Sukarno menyerahkan pimpin­an politik, sosial, dan ekonomi ke­pada Dewan Pimpinan Politik.

Permintaan itu tak dipenuhi. Seperti Tan Malaka, Soedarsono dan pengikutnya pun dijeb­los­kan ke penjara. Be­da­nya, Tan Ma­laka tak pernah diadili.

Dua tahun setelah mendekam di penjara, Tan Malaka dibebas­kan bulan September 1948. Me­nurut Poeze, Tan Malaka dibe­baskan kabinet Mohammad Hat­ta menyusul kepulangan Mu­so dari Moskow. Tan Malaka diper­caya dapat menjadi penyeim­bang, mengingat hubungan Tan Malaka dan Muso yang sama-sama kiri itu tidak begitu baik. Setelah Muso dan pemberonta­kan PKI di Madiun bulan Sep­tem­ber 1948 ditumpas tentara In­do­nesia, Tan Malaka mendirikan Partai Musyawarah Rakyat Ba­nyak (Murba). Tetapi ia tak me­mimpin partai itu. Tan Malaka me­milih bergerilya menghadapi Belanda di Kediri—tem­pat ter­ak­hir yang disinggahinya.

Merdeka Seratus Persen

Sejarawan Lembaga Ilmu Pen­getahuan Indonesia (LIPI) Aswi Warman Adam yang juga ber­bicara dalam diskusi di Gedung Joang itu meminta agar pemerin­tah merehabilitasi nama Tan Ma­laka. Gelar pahlawan kemer­de­kaan nasional yang diberikan Su­karno kepada Tan Malaka ta­hun 1963 silam memang tak pernah dicabut. Tetapi sejak Orde Baru berkuasa, nama Tan Malaka meng­hilang begitu saja dari buku sejarah.

Menurut hemat Aswi, ada baik­nya pemerintah membentuk tim khusus untuk mencari di mana kuburan Tan Malaka. Dengan uji forensik, hal ini tentu mudah. Setelah tulang belulangnya, atau apapun yang tertinggal dari diri­nya ditemukan, kuburan Tan Ma­laka dapat dipindah ke Taman Ma­kam Pahlawan Kalibata. Pun su­dah beberapa kali Aswi me­nyarankan agar nama Tan Mala­ka digunakan sebagai nama ban­dara internasional di Padang yang baru beroperasi sejak Juli 2005.

Sementara sejarawan Hilmar Farid yang juga berbicara dalam diskusi itu menilai, kalau pun ditemukan, biarlah Tan Malaka ber­baring abadi di tengah-tengah rakyat. Buat apa ke TMP Kali­ba­ta, toh tak semua peng­huninya ada­lah pahlawan sungguhan, kata dia.

Wartawan senior Rosihan An­war yang juga hadir berbagi ceri­ta. Dia hanya satu kali bertemu de­ngan Tan Malaka. Kala itu Feb­ruari 1946 di Gedung Sono Bu­doyo Solo. Sejumlah wartawan menggelar kongres yang mela­hir­kan Persatuan Wartawan Indone­sia (PWI). Tan Malaka hadir den­gan baju hitam-hitam dan topi helm hijau. Di podium dia berbicara tak kurang dari empat jam tentang materialisme, dialektika dan lo­gika (madilog) tanpa teks.

Lain lagi Adnan Buyung Nasu­tion. Dia juga punya cerita ten­tang Tan Malaka. Kata Bang Bu­yung, di tahun 1946, saat itu dia ba­ru berusia 12 tahun, Tan Mala­ka pernah ”bersembunyi” di rumah keluarga Nasution selama tiga bulan. Dia dan Tan Malaka berbagi kamar. Bang Buyung masih ingat salah satu ajaran mo­ral Tan Malaka: kalau seorang pe­rampok masuk ke dalam rumahmu, usir dia sekuat tenaga.

Mungkin secara sederhana, itu­lah merdeka seratus persen yang dipercaya Tan Malaka sampai maut menjemputnya. Tak ada ke­merdekaan bila masih ber­kompromi dengan penjajah.

Politik Anti-Neoliberal

Kehadiran isu demokratik dalam pilpres 2009 ini patut disambut positif. Meski coba disimpang-siurkan dengan isu-isu rekaan (yang kerap berbau SARA) namun perhatian masyarakat tidak mudah beralih dari masalah demokratik seperti korupsi, HAM, dan neoliberalisme. Berbeda dengan masalah korupsi dan HAM yang sudah akrab didengar, isu besar neoliberalisme baru pertama kali naik ke panggung utama politik nasional; menjadi topik pembicaraan capres-cawapres sampai ke masyarakat luas. Apa itu neolib? Mengapa SBY-Budiono disebut-sebut sebagai pendukung neolib? Pertanyaan mencuat ke permukaan.

Situasi politik yang menguntungkan rakyat ini setidaknya didorong oleh tiga faktor berikut; pertama, krisis ekonomi global yang menjadi bukti komtemporer dan terkuat tentang kegagalan sistem neoliberal yang telah dijalankan selama kurang lebih 30 tahun di dunia dan 11 tahun ”secara masif” di Indonesia; kedua, akumulasi persoalan rakyat akibat kebijakan ekonomi neoliberal yang terkristalkan dalam bentuk aksi-aksi politik anti neoliberal sepanjang sepuluh tahun terakhir. Perlawanan ini ada yang spontan (dengan isi tuntutan kebutuhan jangka pendek/mendesak) dan ada pula yang diprakarsai oleh kalangan aktivis pergerakan, akademisi, budayawan, serta sejumlah politisi (umumnya lebih mendalam dan berjangka panjang); Ketiga, ditunjuknya Budiono sebagai cawapres SBY yang bermakna penegasan peran SBY beserta tim ekonominya sebagai agen utama liberalisasi ekonomi. Istilah ”agen” dapat dipertimbangkan berhubung kualitas kesetiaan rejim ini untuk berada di bawah kendali IMF, WB, WTO, negara kapitalis maju, atau langsung di bawah korporasi-korporasi trans dan multinasional.

Neolib Dan Melek Politik

Terangkatnya isu neoliberalisme berarti terangkatnya kesempatan untuk memahami persoalan ini secara luas dan mendalam (ideologis). Dampak neoliberalisme telah dirasakan rakyat dalam kehidupan sehari-hari seperti kenaikan harga BBM, kelangkaan pupuk, kerusakan lingkungan, sistem kontrak/outsourcing plus upah murah, pendidikan & kesehatan mahal, pengaruh di lapangan sosial budaya, dsb., namun masalah ini belum menjadi acuan bagi keputusan politiknya. Mengapa? Salah satu penyebab pokok adalah karena senjata ideologis untuk menandingi neoliberalisme belum dimiliki luas oleh rakyat. Tanpa dibekali senjata ideologis, logika-logika neoliberal yang biasa digunakan sebagai landasan implementasi agendanya cenderung diterima rakyat sebagai kewajaran, atau bahkan sebagai kebenaran yang tak terbantah.

Senjata ideologis rakyat terdiri atas seperangkat program menuju cita-cita yang menempatkan kedaulatan rakyat sebagai hukum tertinggi, bukannya kekuasaan pasar (neolib). Karenanya, upaya untuk menghentikan atau menghindar dari ”polemik” tentang neoliberal paralel dengan upaya menyingkirkan kepentingan rakyat dari gelanggang politik. Lebih jauh bisa juga disebut sebagai langkah depolitisasi dan deideologisasi—yang dirintis orde baru dengan cara represif dan sekarang ’dilanjutkan!’ dengan cara yang lebih halus.

Tak dibantah bahwa tidak ada kandidat yang benar-benar bersih dari jejak neoliberal di Indonesia. Namun realitas minus malum ini tidak menutup kesempatan untuk memperbesar skala perjuangan anti neoliberal yang telah dirintis sekian tahun terakhir. Proses ini justru dapat mengembangkan bibit-bibit baru perjuangan melawan neoliberal. Neoliberalisme telah, sedang, dan akan tetap menjadi problem karena krisis ekonomi global membutuhkan tumbal negeri-negeri terbelakang; dalam bentuk pembukaan pasar yang lebih luas, pasokan bahan mentah (SDA), dan tenaga kerja murah.

Partisipasi Anti-Neoliberal

Konsekuensi dari munculnya isu ini adalah bertemunya kepentingan dari kelompok-kelompok berbeda untuk menghadapi neoliberalisme sebagai problem pokok bersama. Stigma neoliberal yang melekat pada SBY-Budiono dapat mempengaruhi pilihan politik, yang berarti menguntungkan rival-rivalnya. Meskipun masih dalam batas pemahaman yang sangat sederhana, namun dari segi nilai-nilai yang dianut masyarakat istilah neolib telah ditangkap sebagai sesuatu yang buruk. Tak heran pasangan SBY-Budiono harus bersusah payah mengklarifikasi hal tersebut.

Tantangan selanjutnya adalah bagaimana menempatkan isu neoliberal tidak semata sebagai kepentingan capres-cawapres untuk meraih dukungan pemilih, melainkan sebagai momentum untuk menarik partisipasi rakyat sehingga merasa berkepentingan memperjuangkan agenda politik anti neoliberal. Karena keterlibatan rakyat melalui alat politik yang terbuka dan demokratik merupakan kunci yang dapat menggairahkan sekaligus mengawal gerakan anti neoliberal, membangun perekonomian yang mandiri dan kerakyatan, sebagai tuntutan dan perspektif politik; sekarang dan akan datang.

Rabu, 17 Juni 2009

Coretan yang tak pernah mampu ku akhiri

setelah sekian lama aku menjadi mahasiswa, aku merasa menjadi orang yang begitu bodoh karena banyak sekali menyianyiakan ksempatan yang terjadi dalam hidup..

setelah sekian lama aku hidup di kota ini,aku merasa bahwa aku belum mencapai sesuatu yang seharusnya bisa aku raih..

setelah sekian lama aku berkutat dengan komputer di depanQ, aku sadar dunia luar siap menerimaQ dengan sgala cobaan yang harus bisa kuatasi..

setelah sekian lama aku bernafas di bumi ini,aku belum menjadi apa-apa..

dan setelah sekian lama aku berusaha memperbaiki smuanya, sekian lama itu juga aku belum menemukan jawabannya..

akhirnya nulis juga

akhirnya aku bisa
menggoreskan senjataku lagi
setelah sekian lama tinta mengering
setelah sekian lama embargo terhadap hati dijalani
sekarang aku bebas, mengungkapkan isi hati
menuliskannya di lebar kehidupan
menjadi penyambung asa

Akhirnya..Aku tahu Tuhan mencintaiku

Hujan rintik-rintik. Tanda hati yang sedang menangis. Jika hari nanti tidak akan terang. Apa yang akan kulakukan? Jika hari esok memang tidak akan ada lalu apa yang akan kuharapkan? Jika hari ini akan terus hujan..............................
Pengharapan pada diriku begitu tinggi. Aku tidak yakin bahwa itu mungkin akan terjadi. Jika waktu bisa berhenti berjalan dan memberiku waktu yang lebih banyak untuk berpikir, sehingga aku tidak akan kehilangan segala waktuku untuk berpikir.

Kita diciptakan didunia ini
Bukan untuk mencintai orang yang sempurna
Tapi untuk mencintai orang yang tidak sempurna
Dengan cara yang sempurna

Aku Menyimpan Tragedi Dalam Puisi

aku mengingat saat embun menjadi api
aku mencatat berapa perawan dibuntingi
aku melihat yang kemarin hidup pagi ini mati

aku menyimpan tragedi dalam puisi

seorang anak kehilangan emak
seorang emak menggugurkan anak
seorang janda beranak tanpa bapak
seorang bapak membunuh anak

aku menyimpan tragedi dalam puisi

puisi yang dipinggirkan oleh dunia dimana bapak bapak dan ibu ibu tak punya lagi dongeng untuk anaknya. puisi yang hilang dalam memori orang orang muda bergaji tinggi. puisi yang tak pernah hidup diantara hidup pejabat pencari kursi
puisi yang jalang mengumbar selangkang, yang koma di celah celah sepi. puisi yang mati saat aku mati

tapi aku telah menyimpan tragedi ini dalam puisi

Aku harus tetap menulis....

Entah kenapa kok saya rasakan perubahan yang luar biasa ketika saya menulis sesuatu. Perubahan dalam dunia ini bertahap saya rasakan telah terjadi. SAYA DAPAT MENGUBAH DUNIA...yaa...Dunia saya pribadi minimal.


yang jelas besar harapan saya agar setiap tulisan saya kelak dapat menginspirasi banyak orang. Saya tak tahu sampai di mana saya menulis kelak. Saya tak tahu sebesar apa yang dapat saya ubah dari tulisan saya, tapi yang jelas selama tangan ini masih bisa bergerak dan pikiran ini masih bisa memikirkan sebuah tulisan, saya ingin berusaha untuk tetap menulis.
Menulis dan menulis.. Semoga Tuhan beri keistiqomahan buat saya...

Ada perasaan lega ketika saya menulis sesuatu. ada perasaan plog dalam hati saya. LUAR BIASA.

Pokoknya saya ingin menulis.... entah itu di baca orang atau tidak aku tidak peduli... yang jelas dengan menulis saya sudah Merubah dunia... DUNIA SAYA SENDIRI...

Deklarasi "Hari tak ada kata Malas"...

Setelah menjalani satu hari penuh di hari yang cerah ini. Seolah da sesuatu yang sangat meresahkan hatiku. Hari ini kugunakan untuk sesuatu yang kurang begitu berguna dalam hidupku.
teringat hidup yang semakin sempit. Jatah waktu yang semakin mendesak untuk segera meninggalkan kesia-siaan itu. sudah saatnya aku deklarasikan sebuah kata dan harus selalu mengingatkanku untuk terus Semangat!!!!.
Hari ini aku deklarasikan sebagai hari "Tak ada kata malas LAGI dalam hidupku".
sudah bosan diri ini denga kemalasan yang mengacaukan segala rencanaku.. aku sudah bosan dan mulai gerah dengan kondisiku ini..

Sayang..
Ingatkan aku yaa... untuk selalu ingat akan hari ini..
hari tidak ada kata malas dalam hidupku...
Setahun yang lalu aku deklarasika sebagai hari "Membaca"..
semoga hari ini aku bisa mengulangi kesuksesan deklarasiku yang telah lalu..amiin..

Akhirnya aku kembali


Hampir satu bulan lebih atau bisa di katakan 2 bulan, aku vakum di dunia ini. Dunia menulis, terutama di blog pribadiku.. Wuih...betul-betul vakum habis.. entah kenapa untuk sementara ini aku akui, aku sadari benar-benar kalau diriku belum bisa mengatur waktu yang sebaik-baiknya. belum bisa merutinkan untuk menulis di blog maupun buku catatan harianku. Tapi syukurlah seiring dengan semangat yang menggebu-gebu dan yang jelas trims buat seseorang yang paling setia menemani dan menjadi orang ke_2 tersabar yang pernah ada di dunia ini akhirnya aku bisa menulis lagi. Ternyata ada banyak pelajaran berharga yang sangat sayang sekli aku lewatkan dan tidak aku tulis di blog ini untuk beberapa hari yang lalu. semoga kedepan aku bisa menuliskan dalam blog sederahan ini teman. ada pengalama berharga berhubungan dengan keajaiban sedekah yang membuat aku ingin menulis lagi dalam catatan sederhana kehidupanku ini. Dahsyat... begitu banyak pelajaran yang harus aku pelajari dan amati dengan seksama apa yang ada di alam ini... sayang untuk dilewatkan.. Hidup cuma sekali saja bung.. Viva la revolution, Sayang.. ingatkan aku untuk selalu menulis yaa..

Garis Perbedaan Kebijakan Ekonomi Era Megawati dan SBY

Secara teoritik, neoliberalisme merupakan teori ekonomi yang benar-benar membebaskan pasar bertindak, ketimbang regulasi, sehingga cenderung disebut menihilkan peran negara. Disini, mengutip Vincent Navarro, pokok kebijakan neoliberalisme adalah sebagai berikut; (i) deregulasi pasar tenaga kerja, melalui penerapan sistim kontrak dan outsourcing, (ii) deregulasi pasar financial, (iii) deregulasi perdangan barang dan jasa, (iv) mengurangi subsidi dan jaminan sosial untuk public, (v) privatisasi dan penjualan asset strategis, (vi) mempromosikan individualisme dan konsumerisme, (vii) pengembangan teori dan narasi yang memuji-muji keunggulan pasar, (viii) mempromosikan anti-intervensionisme.

Kita tidak akan menggunakan keseluruhan parameter tersebut, tetapi hanya mengambil beberapa point kebijakan neoliberal yang familiar bagi rakyat luas, seperti soal privatisasi, utang luar negeri, soal pencabutan subsidi, dan liberalisasi ekonomi. Tujuannya, tentu saja, supaya rakyat lebih mudah memahami perbedaan era pemerintahan SBY dan pemerintahan sebelumnya, serta watak neoliberal rejim SBY yang lebih agressif dibanding sebelumnya.

Kebijakan Privatisasi

Secara teoritis, bagi penganut neoliberal, privatisasi dimaksudkan sebagai jalan untuk mengatasi masalah kekurangan financial, untuk membuat pelayanan menjadi lebih efisien, serta mengindari distorsi pada makro dan mikro ekonomi akibat pelayanan public gratis (Carlos Vilas). Pada kenyataannya, privatisasi telah mengarah para pengguna jasa untuk membeli dengan harga yang lebih mahal, karena perusahaan yang terprivatisasi kini menggunakan kriteria bisnis dan mencari keuntungan (profit).

Baiklah, kita memperbandingkan privatisasi di jaman Megawati dan pemerintahan SBY sekarang ini;

  1. Secara faktual, baik pemerintahan Megawati maupun Susilo Bambang Yudhoyono, menjalankan kebijakan privatisasi berdasarkan desakan dari luar, khsusunya IMF dan bank dunia. Bedanya, jika Megawati hanya melanjutkan kesepakatan yang dibuat pemerintahan sebelumnya, Habibie, melalui stuctrual adjustment program (SAP), maka SBY menjalankan privatisasi dengan dimandori secara lansung oleh Bank Dunia.

  1. Selain itu, pertimbangan melakukan privatisasi dijaman megawati adalah untuk mencari pendanaan untuk menutupi deficit APBN. Seperti diketahui, Megawati mewarisi sebuah kondisi ekonomi yang compang camping akibat krisis ekonomi 1997. Sementara di bawah pemerintahan SBY, kondisi APBN cenderung membaik, dan bahkan surplus. Artinya, SBY menjalankan privatisasi memang berdasarkan scenario neoliberalisme, sementara megawati menjalankannya sebagai pertimbangan pragmatis dalam situasi darurat.

  1. Dari segi jumlah BUMN yang diprivatisasi, SBY jauh lebih agressif ketimbang Megawati. Berdasarkan catatan kami, Periode 1991-2001, pemerintah Indonesia 14 kali memprivatisasi BUMN. Yang terprivatisasi 12 BUMN. Sedangkan dibawah SBY, situasinya cukup menggemparkan, bayangkan, hanya dalam setahun 44 BUMN dilego. Apalagi, privatisasi kali ini disertai penjualan seluruh saham 14 BUMN industri, 12 BUMN kepada investor strategis, dan beberapa BUMN lainnya kepada asing. Jadi, SBY benar-benar “royal” dalam mengobral BUMN dibandingkan pemerintahan sebelumnya.

Soal Utang Luar Negeri

  1. Soal kebijakan utang luar negeri, pemerintahan SBY terlalu banyak melakukan kebohongan terhadap publik. Soal utang kepada IMF, misalnya, SBY mengatakan bahwa jumlahnya semakin menurun, tetapi angka kumulatif utang luar negeri terus bertambah dari donatur di luar IMF, baik dari Bank Dunia, ADB, Paris Club, dsb, maupun dari utang bilateral.

  1. Semasa pemerintahan Megawati, yaitu 3,5 tahun, jumlah utang luar negeri Indonesia bertambah sebesar Rp 12 triliun. Sementa itu, di bawah pemerintahan SBY, tercatat terjadi peningkatan total utang luar negeri secara signifikan dari Rp. 662 triliun (2004) menjadi Rp. 920 triliun (2009). Artinya Pemerintahan SBY “berhasil” membawa Indonesia kembali menjadi negara pengutang dengan kenaikan 392 triliun dalam kurun waktu kurang 5 tahun.

  1. Dalam tiap tahunnya, misalnya, Megawati menambah utang rp 4 triliun pertahun, sementara pemerintahan SBY menambah utang sebesar 80 trilyun pertahun. Jika dibandingka dengan era Soeharto pun, SBY masih jauh lebih “beringas”, dimana SBY menambah 80 trilyun pertahun, sementara soeharto menambah 1500 trilyun dalam 32 tahun.

  1. Untuk diketahui, outstanding Utang luar negeri Indonesia sejak tahun 2004-2009 terus meningkat dari Rp1275 triliun menjadi Rp1667 triliun.

  1. Sementara itu, sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2008, pembayaran bunga dan cicilan pokok utang luar negeri menunjukkan tren yang meningkat. Sejak awal masa pemerintahan presiden SBY di tahun 2005 sampai dengan September 2008 total pembayaran bunga dan cicilan pokok pinjaman luar negeri sebesar Rp277 triliun. Hal inilah, secara factual, yang menyebabkan APBN tidak bisa berfungsi untuk mendanai pembangunan dan belanja capital.

  1. Pada tahun 2003, ketika Budiono menjabat menteri keuangan, dia berusaha memperpanjang kontrak dengan IMF melalui Post Program Monitoring (PPM), padahal sidang MPR mengamanatkan kepada pemerintah untuk mengakhiri kerjasama dengan IMF.



Soal pencabutan Subsidi

    Dalam hal pencabutan subsidi BBM, pemerintahan SBY jauh lebih agressif dalam mencabut subsidi BBM. Dihitung berdasarkan persentase, maka tingkat kenaikan BBM pada era pemerintahan Megawati adalah 31%, sementara tingkat kenaikan BBM pada pemerintahan SBY adalah 64%.

Liberalisasi Perdagangan dan Investasi

  1. Pada masa pemerintahan SBY, liberalisasi ekonomi berlangsung di bidang perdagangan, industri dan investasi.

  1. Di bidang perdagangan, SBY menjadi pengikut setia WTO dalam mendorong penghapusan tariff impor dan ekspor di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, SBY juga aktif dalam mendorong Free Trade Agreement (FTA) dengan negara-negara lain, seperti ASEAN EU FTA, ASEAN Jepang FTA, ASEAN India FTA, ASEAN Korea Selatan FTA, dan Indonesia Jepang EPA.

  1. Di bidang industri, di bawah pemerintahan SBY, banyak sektor Industri yang menderita kekurangan bahan baku. Industri rotan, misalnya, harus tutup dan mengalami kebangkrutan karena SBY meliberalisasi rotan Indonesia.

  1. Di sektor energi, liberalisasi juga menyebabkan pasokan gas untuk industri juga mengalami kemandekan. Sebagai misal, Dua pabrik pupuk besar, yaitu PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) dan Asean Aceh Fertilizer (AAF), harus tutup. Selain itu, ada banyak industri di dalam negeri yang menderita kekurangan pasokan energi, akibat keputusan pemerintahan SBY meliberalkan sektor energi dan menerapkan kebijakan ekspor bahan mentah.

  1. puncak liberalisasi di era pemerintahan SBY adalah pengesahan pengesahan UU Penanaman Modal No. 25/2007 dan Peraturan Presiden No. 76 dan 77. Dalam UU Penanaman Modal yang dihasilkan pemerintahan SBY tersebut, tidak ada lagi perlakuan yang berbeda antara modal asing dan dalam negeri. Selain itu, UU PM ini juga menjamin kepemilikan saham oleh pihak asing hingga 100%. Artinya, dengan UU PM ini, Indonesia tidak punya lagi kedaulatan ekonomi.

  1. Di sektor jasa, khususnya pendidikan dan kesehatan, SBY juga begitu aktif dalam mengaprove proposal yang diajukan WTO. Di bidang pendidikan, misalnya, pemerintahan SBY menghasilkan RUU BHP yang mengarahkan pendidikan pada mekanisme pasar.

  1. sebagai dampak dari liberalisasi yang diperkenalkan SBY, di sektor migas, misalnya, pihak asing mengontrol hingga 85-90% pengelolan migas nasional, akibatnya 85% produksi migas nasional dikontrol oleh pihak asing. Kemudian, Sebanyak 65% kepemilikan saham di pasar modal adalah asing. Sebesar 14 milyar dollar AS kepemilikan SBI dan SUN adalah asing.

  1. selain itu, sebagai dampak penerapan liberalisasi investasi, Lebih dari 95 juta hektar lahan telah diserahkan kepada perusahaan minyak di sektor hulu dalam rangka ekploitasi minyak. Lebih dari 40 juta hektar diserahkan dalam rangka eksploitasi mineral dan batubara, sekitar 7 juta hektar diserahkan untuk korporasi perkebunan dan sekitar 31 juta hektar diserahkan untuk korporasi kehutanan.

Aspek-Aspek Kemandirian dalam Pemerintahan Megawati

  1. pada masa pemerintahan Megawati, kerjasama ekonomi dan politik luar negeri tidak begitu determinis di bawah kendali sebuah negara. Tidak seperti SBY sekarang ini, dimana benar-benar terfokus dan ditentukan oleh AS dan negara-negara kapitalis maju. Di masa pemerintahan Megawati, kerjasama ekonomi dan politik juga dilakukan diluar blok AS dan sekutunya, seperti kerjasama pembelian pesawat Sukhoi dengan Rusia dan kerjasama perdagangan dengan China.

  1. selain itu, pemerintahan Megawati berusaha keras untuk keluar dari jebakan IMF. Hanya saja, usaha itu dibiaskan oleh Budiono, menteri keuangan waktu itu, dengan menandatangi post program monitoring (PPM) yang berarti melanjutkan campur tangan IMF secara sembunyi-sembunyi.

  1. Untuk perlindungan terhadap perempuan dan TKI di luar negeri, pemerintahan megawati pernah mengajukan tiga RUU, yaitu Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan di Lingkungan Kerja dan Rumah Tangga, RUU Pekerja di Luar Negeri, dan RUU Tindak Pidana Perdagangan Orang.



Proses Manipulasi Prestasi Ekonomi Pemerintahan SBY

    Pengangguran

    1. Jika mengacu pada BPS yang dikendalikan SBY, maka tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2009 mencapai 9,26 juta atau 8,14 persen dari total angkatan kerja. Hal ini jelas manipulatif, karena dibasiskan pada metode penghitungan yang tidak tepat. Dalam penghitungan BPS, seseorang disebut bekerja bila dapat bekerja sejam dalam seminggu. Dengan metode ini, maka kelompok pekerja informal termasuk orang yang bekerja menjadi ‘pak ogah' di pagi dan sore, penjual asongan, pekerja serabutan dan orang yang ikut kampanye dan kegiatan partai, dapat disebut sebagai pekerja. Penghitungan ini tidak akurat, karena akhirnya tidak menjelaskan angka real orang yang bekerja dan memperoleh pendapatan yang layak.

    1. Jadi, apa yang dikatakan sebagai penurunan angka pengangguran dan pembukaan lapangan kerja baru oleh BPS, dan diklaim prestasi SBY, adalah pertumbuhan pekerja informal. Porsi kerja Informal yang pada tahun 2005 hanya 63%, meningkat menjadi 69% pada tahun 2008. Pekerja informal ini termasuk kelompok unpaid worker (istri, anak, saudara, dll). Pantas bila pada tahun 2008, klaim penciptaan lapangan kerja baru sebesar 2,6 juta ternyata 41%nya adalah lapangan kerj sector jasa kemasyarakatan.

    Kemiskinan

    1. Seperti dalam kasus penghitungan pengangguran, BPS juga menggunakan standar minimum dalam menghitung angka kemiskinan.

    1. Selain itu, klaim SBY berhasil mensejahterakan benar-benar menyesatkan, karena tidak didukung data-data dan fakta lapangan. Sebagai misal, angka prestisius SBY itu bertolak belakarang dengan tingginya inflasi untuk makanan, bahan pangan, pendidikan dan perumahan adalah salah satunya. Inflasi makanan dan bahan makanan masing-masing sebesar 12,5% dan 16,4% atau inflasi perumahan dan pendidikan yang mencapai 11% dan 9%. Padahal, ketiga hal tersebut sangat mempengaruhi pendapatan masyarakat bawah dalam memenuhi kebutuhan pokoknya.

Klaim Swasembada Pangan

    Disini, metode penghitungan BPS juga sangat diragukan, karena hanya mengacu pada peningkatan areal pertanian padi. menurut versi SBY, swasembada pangan pada tahun 2008 berhasil karena adanya peningkatan luas areal penanaman padi, yaitu mencapai 7,86 juta hektar atau 3,4 persen (periode Oktober 2007-Maret 2008) di atas pencapaian luas tanam pada periode sama 2006/2007. Selain itu, SBY juga menyebutkan sejumlah faktor yang mendukung pencapaian swasembada, yaitu iklim kondusif, benih unggul, pupuk, suplai air, serangan hama penyakit, dan pengelolaan pascapanen.

    Baiklah, kita bantah satu persatu kebohongan dari pemerintahan SBY ini;

    1. Ketika pemerintah berkoar-koar mengenai keberhasilan swasembada pangan, pada bulan Februari tahun 2008 pemerintah mengimpor beras 500 ribu ton. Artinya, kalau benar sudah swasembada pangan, kenapa harus mengimpor lagi?

    1. Pemerintah mengaku punya Program Peningkatan Produksi Beras (P2BN), dimana penggunaan benih varietas unggul menjadi salah satu pilihan. Tindak lanjutnya, pemerintah mengalokasikan bantuan benih padi dalam APBN sebanyak 37.500 ton dengan sasaran areal tanam 1,5 juta hektar. Belum lagi bantuan benih dalam bentuk Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU), cadangan benih nasional, dan bantuan benih dalam bentuk subsidi harga kepada petani (Kompas). Akan tetapi, program semacam ini perlu diperiksa akurasinya di lapangan. Di banyak daerah, petani masih sering kesulitan mendapatkan bibit. Kalaupun dapat, biasanya kualitas bibit yang didapatkan rendah, seperti yang dirasakan petani di Sukoharjo, Jawa Tengah (Okezone.com).

    1. sistim irigasi sebagai penunjang pokok dalam memacu produksi pertanian berada dalam kondisi buruk. Setidaknya, berdasarkan data, terdapat 80% sistim irigasi di Indonesia mengalami kerusakan. Jika benar, berarti klaim pemerintah bahwa sistim irigasi menunjang produksi pertanian adalah bohong. Dan meman demikian faktanya. Menurut Andreas Maryoto, seperti yang ditulis Kompas edisi 24 februari 09, ketersediaan air bagi pertanian bukan karena faktor irigasi yang baik, melainkan karena faktor cuaca pada musim kemarau yang cenderung basah seperti pernah terjadi pada 2003.

    1. Soal ketersediaan pupuk lebih parah lagi. Hampir 5 tahun SBY memerintah, petani Indonesia tidak pernah berhenti dari kegelisahan karena kelangkaan pupuk. Kalaupun ada, petani harus memperolehnya dengan harga mahal. Tutupnya sejumlah pabrik pupuk, karena kebijakan ekspor gas pemerintah, menyebabkan produksi pupuk nasional menurun. Produksi pupuk di tahun 2008 diperkirakan hanya 6 juta ton, sementara konsumsi meningkat mendekati 9 juta ton.

    1. Soal serangan dan gangguan hama, pada musim tanam di musim hujan 2007/2008, ada serangan tikus, hama penggerak batang, tungro, kresek, dan blas yang terjadi pada 208.931 ha atau di atas serangan hama yang terjadi pada musim tanam di musim hujan 2006/2007 yang hanya 143.312 ha. (Kompas)

    1. Swasembada pangan yang digembor-gemborkan oleh pemerintah, pada kenyataannya tidak dapat mengangkat kesejahteraan kepada petani. Sebanyak 23,61 juta penduduk miskin berada di daerah perdesaan dan umumnya terlibat atau berhubungan dengan sektor pertanian. Bahkan, 72 persen kelompok petani miskin adalah dari subsektor pertanian pangan (BPS, 2007). Saya mengira bahwa angka ini belum banyak berubah.

    Pelayanan Publik

  1. Berdasarkan data, pada tahun 2005, dikatakan bahwa baru 32,3% penduduk Indonesia yang mempunyai rumah, sementara sisanya hidup memprihatinkan.

  1. menurut Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRuHA), Hanong Santono, terdapat 119 juta rakyat Indonesia yang belum mengakses air bersih, akibat keputusan pemerintah memprivatisasi pengelolaan air bersih.

  1. Di bidang pendidikan, misalnya, menurut data resmi yang dihimpun dari 33 Kantor Komnas Perlindungan Anak (PA) di 33 provinsi, jumlah anak putus sekolah pada tahun 2007 sudah mencapai 11,7 juta jiwa. Dalam tahun 2008 angka tersebut meningkat, karena terjadi pertambahan putus sekolah sekitar 841.000 siswa sekolah dasar dan 211.643 siswa SMP/madrasah tsanawiyah . Jadi, total kepala yang tak mampu dididik oleh Negara hingga tahun 2009 adalah sebesar 13 juta jiwa.

  1. Setiap tahunnya, semenjak pemerintahan SBY, terdapat 74.616 hingga satu juta orang perempuan yang diperdagangkan secara illegal. Pemicunya adalah kemiskinan dan perlindungan pemerintah yang lemah.

  1. Jalan di Indonesia sampai 2007 memiliki panjang sekitar 34.000 km, di mana sebagiannya merupakan warisan Pemerintah Kolonial Belanda. Dari sudut kelayakan; jalan raya yang dalam keadaan baik hanya 9.500 km (27,94%, sisanya yang dalam kondisi rusak berat dan ringan 2.500 km dan 3.800 km. (Departemen PU, 2008).

Selebaran Anti-Neoliberalisme

Jangan Pilih Capres-Cawapres Pro-Neolib,

Pilihlah Meraka Yang Pro Kemandirian Bangsa dan Pro-Rakyat!

Apa itu neoliberalisme? Neoliberalisme adalah istilah yang dapat disamakan dengan kolonialisme, imperialisme, dan penjajahan. Dimana letak penjajahannya? Sebetulnya, penjajahan itu hadir dan nampak jelas dalam kehidupan keseharian kita; gedung-gedung tinggi dan mewah tetapi menggunakan nama dan bendera asing; kekayaan alam kita (minyak, gas, batubara, mineral, dsb) di eksploitasi oleh perusahaan asing; bank-bank sebagain besar dikuasai asing sehingg “ogah” menyalurkan kredit ke rakyat miskin; pemukiman kumuh dan rumah-rumah rakyat digusur, kemudian digantikan dengan mall dan hotel mewah. Akhirnya, karena neoliberalisme, asset nasional banyak dinikmati oleh bangsa asing dan hanya 10% orang Indonesia (kaum kaya dan mandor-mandor neolib di Indonesia). Sementara itu, kata Bank Dunia, jumlah penduduk Indonesia yang hidup dalam kemiskinan mencapai 50% atau pendapatannya kurang dari 2 USD (dollar). Padahal, nilai 2 USD (dollar) setara dengan nilai subsidi seekor sapi di AS dan Eropa. Jadi, dibawah pemerintahan SBY, rakyat Indonesia dihargai atau disejajarkan dengan seekor sapi.

Di bawah neoliberalisme, potensi orang untuk kehilangan pekerjaan atau menganggur cukup tinggi, karena kesempatan kerja diliberalkan---istilah ilmiahnya pasar Tenaga kerja yang fleksibel. Tidak ada jaminan pekerjaan yang sifatnya tetap dan layak, sementara semua pekerja di berbagai perusahaan ditetapkan sebagai “pekerja kontrak” atau outsourcing. Jadi, selama pemerintahannya masih menganut neolib, maka tidak akan ada yang namanya pekerjaan tetap dan layak (berupah layak). Tidak heran, pada tahun 2008, terdapat 69% rakyat Indonesia yang bekerja serabutan (tukang ojek, tukang parkir, tukang cuci, PKL, buruh bangunan, buruh angkut, dsb) setiap harinya, dan 8,14 % orang yang bekerja kurang dari 1 jam dalam seminggu. Relakah anda menggadaikan masa depan anda dengan memilih capres –cawapres pro neoliberal?

Dalam Neoliberalisme, karena pasarlah yang menjadi tuannya, maka segala sesuatu ditentukan berdasarkan kompetisi dan kemampuan. Artinya, hanya mereka yang kuat dan memiliki skill yang bisa bertahan hidup, sementara mereka yang lemah dan tanpa skill harus rela menerima nasib; miskin dan menganggur. Padahal, menurut Undang-Undang Dasar, negara bertanggung jawab untuk menciptakan kesejahteraan umum (rakyat) dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Di bawah pemerintahan yang menganut neolib, semua bentuk jaminan sosial dan subsidi bagi orang miskin dihapuskan. Setelah itu, untuk mengerem terjadinya “kemarahan sosial” maka diperkenalkanlah program sogokan seperti BLT, BOS, PNP-mandiri, dan KUR. Semua program pemerintah SBY itu didanai melalui utang luar negeri. Jadi, ketika anda menerima “santunan” 100 ribu per-bulan, maka negara akan membayarnya kepada Bank Dunia dan ADB, melalui pencabutan subsidi (kenaikan BBM), kenaikan TDL, dan kenaikan harga sembako. Jadi, anggaran yang semestinya diperuntukkan untuk kesejahteraan rakyat (pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, dsb), justru dipergunakan untuk membayar cicilan utang luar negeri dan bunganya. (diperkirakan, tiap tahunnya pemerintah SBY membayar 15-20 trilyun pertahun untuk Utang Luar Negeri. Untuk tahun 2009, SBY berencana untuk membayar utang luar sebesar US$10,1 miliar, yang terdiri dari pokok utang sebesar US$7,1 miliar, dan bunga US$3,0 miliar)

Di bidang pendidikan, biarpun ada dana BOS yang berhasil menggratiskan pendidikan di jenjang SD, tetapi pendidikan menengah sampai perguruan tinggi diserahkan kepada pasar bebas. Akibatnya, tingkat putus sekolah di Indonesia sangat tinggi. misalnya, menurut data resmi yang dihimpun dari 33 Kantor Komnas Perlindungan Anak (PA) di 33 provinsi, jumlah anak putus sekolah pada tahun 2007 sudah mencapai 11,7 juta jiwa. Dalam tahun 2008 angka tersebut meningkat, karena terjadi pertambahan putus sekolah sekitar 841.000 siswa sekolah dasar dan 211.643 siswa SMP/madrasah tsanawiyah. Jadi, dibawah pemerintahan SBY (neoliberal), rakyat hanya boleh berpendidikan SD, tapi tidak mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi (menengah sampai perguruan tinggi).

Lantas, jika demikian, apakah kita masih punya jalan keluar dari persoalan ini. Jawab kami; masih ada dan sangat besar. Dalam pilpres ini, kubu yang jelas-jelas neoliberal hanya satu; pasangan SBY-Budiono. Sementara, pasangan capres diluar SBY-Budiono sedang menjajikan harapan; yang satu adalah industrialis yang hendak membuat bangsa Indonesia lebih mandiri, sedangkan yang satunya hendak menciptakan ekonomi kerakyatan yang memakmurkan rakyat. Trus, Apa yang harus dilakukan rakyat? bangun wadah persatuan di tingkat RT/RW dan kampung, dan mulai kampanyekan bahaya neoliberalisme. bilang kepada tetangga, kerabat, dan teman-teman ada; “Jangan coba-coba memilih capres neolib, karena dapat menimbulkan kemiskinan, busung lapar, pengangguran, PHK massal, kenaikan harga sembako, dan penggusuran,”.

Bangun Persatuan Nasional Hadang Capres-Cawapres Pro-Neoliberalisme

Fakta-fakta ekonomi dunia selama periode akhir tahun 2008 hingga pertengahan tahun 2009 menunjukkan bahwa kapitalisme neoliberal telah hampir habis masanya. Setelah lebih seperempat abad mengakumulasikan kekayaan dunia di tangan segelintir CEO1 dan menciptakan kemiskinan akut di negara-negara dunia ketiga2, kini neoliberalisme harus mendapatkan batunya

Di Indonesia, dampak buruk penerapan neoliberalisme benar-benar terasa dan mengerikan bagi kehidupan 230 juta penduduk Indonesia. Wajar, jika kemudian, berbagai sektor sosial dan kelompok masyarakat menyuarakan penolakannya terhadap neoliberalisme.

Dengan neoliberalisme, kehidupan ekonomi sepenuhnya ditentukan oleh pasar, dimana keputusan-keputusan dan kepentingan kolektif disubordinasikan dibawah kepentingan segelintir orang—para oligharki perusahaan financial dan pemilik perusahaan multinasinonal. Akibatnya, asset dan sumber daya hanya dinikmati oleh segelintir orang, yang kalau di Indonesia hanya dirasakan oleh kurang dari 10% dari penduduk Indonesia. sementara mayoritas penduduk, terutama kalangan bawah, harus terlunta-lunta dan terombang-ambing dalam kehidupan ekonomi yang begitu sulit.

Bukan itu saja, neoliberalisme juga tidak punya kepentingan untuk pembangunan sosial dan pengembangan kapasitas produktif individu. Selama beberapa tahun terakhir, pemerintahan neoliberal, SBY, begitu agressif memotong subsidi sosial, memprivatisasi sejumlah BUMN, menerapkan deregulasi dan liberalisasi pada segala sektor ekonomi, sehingga menyebabkan perekonomian nasional hancur berantakan. Tidak aneh, dalam lima tahun masa pemerintahan SBY, telah terjadi pelambatan pertumbuhan industri manufaktur, yaitu dari 7,2% (2004) menjadi 5,1% (2007), dan diperkirakan turun lagi menjadi 4,8% (2008). Akibatnya sudah bisa ditebak, produktifitas nasional terus menerus merosot berjalan pararel dengan PHK massal.

Produktifitas rakyat Indonesia merosot. Selain gejala deindustrialisasi yang mendorong peningkatan PHK, tidak adanya program pemerintah dalam mengembangkan sektor pertanian dan memperluas lapangan kerja, menjadi penyebab mayoritas rakyat Indonesia tidak bekerja atau menganggur. Lihat saja, misalnya, pada tahun 2008 terdapat terdapat 69% rakyat Indonesia yang bekerja serabutan (tukang ojek, tukang parkir, tukang cuci, PKL, buruh bangunan, buruh angkut, dsb) setiap harinya, dan 8,14 % orang yang bekerja kurang dari 1 jam dalam seminggu.

Lantas, dengan demikian, kita tidak bisa lagi berharap pada sistim yang sudah terbukti gagal. Meskipun sudah terbukti gagal, masih ada capres dan cawapres yang mencoba mengadvokasi dan melanjutkannya, yaitu pasangan SBY-Budiono. Meski tidak begitu eksplisit, tapi program ekonomi tawaran SBY-Budiono masih kental berbau neolib, meskipun dibungkus dengan nama “ekonomi kerakyatan. Diluar SBY-Budiono yang jelas-jelas neolib, terdapat pasangan industrialis (JK-WIN) yang bervisi membangun kemandirian bangsa, dan juga pasangan nasionalis (Megapro) yang bervisi membangun ekonomi kerakyatan.

Visi kedua pasangan tersebut, bagaimanapun, perlu diapresiasi secara positif sebagai bentuk respon politik kapitalis nasional terhadap dampak buruk neoliberalisme. Selain itu, hal ini harus dipandang sebagai salah satu tenaga pendorong untuk memperkuat blok anti-neoliberalisme di Indonesia.

Untuk itu, menjadi penting dan wajib bagi seluruh gerakan rakyat maupun elit politik yang bertarung dalam pilpres untuk menghadangnya. Menghadang SBY-Budiono adalah menghadang Neoliberalisme. Untuk itu, seluruh energi politik yang punya komitmen menentang SBY-Budiono dan agenda neoliberalnya, harus dipersatukan. Maka, kami menganjurkan agar kedua pasang capres dan cawapres diluar SBY, yaitu Mega-Pro dan JK-Win, untuk bersatu. Hanya dengan persatuanlah kita menjadi kuat, dan dengan itu kita bisa menghadang neoliberalisme.

Sementara itu, dalam hal program, kedua capres dan cawapres yang “mengaku” anti neolib ini belum juga konkret. Menurut kami, ada beberapa hal yang perlu dijawab dengan tegas oleh para kandidat tersebut:

  1. Menciptakan garis demarkasi (pembeda) yang jelas dan terang antara mana yang pro-neoliberal dan mana yang anti neoliberal. Untuk ini, kubu anti neoliberal harus menelanjangi tanpa ampun watak dan tujuan sejati dari kubu neoliberalisme.
  1. Bagaimana menjamin persoalan kesejahteraan rakyat dan pembangunan kapasitas produktifnya. Untuk melakukan ini, kubu anti-neoliberal tidak bisa hanya dengan bersandar pada janji-janji abstrak, tetapi mulai memformulasikan program yang terang dan jelas berpihak kepada rakyat.
  1. Untuk menumbangkan dan mengalahkan neoliberalisme dan kaki tangannya, maka kubu anti-neoliberal harus mendukung politik mobilisasi rakyat dan partisipasi politik rakyat, baik dalam menstimulasi perjuangan sosial ekonomi maupun dalam pengambilan keputusan politik.

Bagi kami, Sukarelawan Perjuangan Rakyat untuk Pembebasan Tanah Air (SPARTAN), solusi dan jalan terang untuk mengeluarkan rakyat dari persoalan sosialnya adalah Tri-Panji Persatuan Nasional, yang berisikan program; Nasionalisasi Perusahaan Tambang Asing, Penghapusan Utang Luar Negeri, dan Industrialisasi Nasional untuk kesejahteraan rakyat.

Selain itu, kami menilai, kedua pasangan capres anti neoliberal belum punya program yang konkret dan tegas untuk mencapai bangsa yang mandiri dan berdaulat, serta pro-rakyat. Adapun point-point kritik kami, adalah sebagai berikut;

Pertama, kedua pasang capres belum tegas sikap politiknya dalam memutus hubungan dengan lembaga internasional penopang neoliberalisme, seperti IMF, WTO, dan Bank Dunia. Selain itu, para kandidat juga belum tegas untuk menghentikan paket kebijakan liberalisasi ekonomi, termasuk mencabut perundang-undangan yang berbau pro-liberalisasi, seperti UU Migas, UU Minerba, UU penanaman modal, UU BHP, UU ketenaga kerjaan, UU Bank Indonesia, dan sebagainya. Selain itu, bentuk-bentuk kesepakatan perdagangan bebas, baik dengan WTO maupun regional dan bilateral, harus dihapuskan.

Kedua, Pemulihan peran negara yang lebih besar sebagai alat untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Dengan kekuasaan politik ditangannya, negara punya kesempatan untuk menjalankan kedaulatan ekonomi (nasionalisme ekonomi) bagi rakyatnya, meliputi;

  1. Mengambil alih kontrol terhadap sumber daya alam dari tangan asing, khususnya di sektor pertambangan (migas, mineral, batubara, dll), telekomunikasi, industri baja dan aluminium, industri kertas, dan lain sebagainya.
  1. Me-renasionalisasi perusahaan-perusahaan layanan publik (air, listrik, transportasi, dsb), serta memperkuat anggaran untuk aspek pelayanan public agar bisa diakses seluruh rakyat.
  1. Menciptakan regulasi terhadap aktivitas perdagangan, investasi, dan arus keluar masuk capital. Selain itu, pasar financial dan tenaga kerja harus diatur supaya bisa memperkuat sektor real (industrialisasi).
  1. Merubah orientasi ekonomi dalam hal ekspor maupun Impor. Misalnya, menghentikan kegiatan ekspor baham mentah ke negara-negara maju, tetapi memprioritaskan pembangunan industri pengolahan di dalam negeri, sehingga bisa memberi multiplier effect bagi rakyat, seperti peningkatan nilai tambah, pembukaan lapangan kerja, serta penyedia bahan baku bagi industri.

Ketiga, meningkatkan partisipasi politik rakyat dalam kehidupan politik dan pembangunan. Rakyat mulai diajak membicarakan persoalannya dan mencarikan solusinya secara bersama-sama. Sudah saatnya rakyat menjadi subjek, bukan lagi sekedar dijadikan objek dari proses pembangunan. Model-model demokrasi partisipatif dan konsultatif sudah harus diberi tempat.

Secara umum, kami menyatakan beberapa point sikap kami mengenai penyelenggaraan pilpres 2009;

  1. Menyerukan kepada seluruh kekuatan politik, sektor-sektor sosial rakyat Indonesia, untuk membangun persatuan melawan capres dan cawapres pro-neoliberalisme (SBY-BUDIONO);
  1. Menyerukan kepada Capres-cawapres (yang) anti neolib, baik kubu JK-WIN maupun MEGA-PRO, untuk membangun persatuan nasional menghadapi pasangan capres-cawapres pro-neolib;
  1. Menyerukan kepada capres anti-neoliberal untuk konsisten mengusung program jalan keluar rakyat Indonesia, yaitu Tripanji Persatuan Nasional; Nasionalisasi Industri Pertambangan, Penghapusan Utang Luar Negeri, dan Industrialisasi Nasional (bangun pabrik) untuk kesejahteraan rakyat;
  1. Menyerukan kepada capres anti-neolib untuk membangun gerakan dan struktur anti neoliberalisme hingga ke kampung-kampung, RT/RW, kampus-kampus, dan pabrik;
  1. Menyerukan kepada capres-cawapres anti neolib untuk membangun kontrak politik terbuka terhadap seluruh rakyat Indonesia, terutama mengenai pemenuhan hak dasar rakyat; sembako (pangan), energi, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan sebagainya.
  1. Menyerukan kepada seluruh kekuatan-kekuatan progressif dan sektor-sektor rakyat korban neolib di seluruh Indonesia, untuk bahu-membahu membangun wadah bersama (front persatuan) anti neoliberalisme;

Demikian statemen ini kami buat. Atas kerjasamanya, kami mengucapkan banyak terima kasih.