Dari sinilah kebanyakan lahir para mahasiswa-mahasiswa pemikir. Mahasiswa yang mampu memainkan peran sebagai penerus bangsa yang dicita-citakan. Yang berani menyuarakan suara-suara lemah dari bawah ke atas. Yang menjelma menjadi kalangan intelek bangsa. Memperjuangkan Hak Asasi dan Kebebasan, serta mengutamakan pengabdian kepada bangsa dan Laju dari lembaga kemahasiswaan bersesuaian dengan kebutuhan mahasiswa. Akan sangat berbeda sekali jika kita membandingkannya dengan beberapa lembaga lain, misalnya organisasi politik dan semacamnya. Koridor-koridor yang telah ditetapkan benar-benar disesuaikan dengan dunia kemahasiswaan. Intelektual dan pengabdian yang dipadu dengan nilai-nilai kebangsaan, perjuangan, integritas, serta independensi dari segala bentuk pengungkungan.
Roda dari lembaga kemahasiswaan memang tidak akan selamanya bisa berputar tanpa regenerasi atau kaderisasi yang kontinyu. Faktor lama studi mahasiswa menjadi penyebab utama hal ini. Lembaga kemahasiswaan tidak akan bisa konstan menjalankan fungsi-fungsinya jika tidak bisa membina kader-kadernya. Hal ini berarti sebuah kemunduran bagi sebuah lembaga kemahasiswaan.
Sebuah langkah dalam regenerasi awal kader-kader lembaga kemahasiswaan adalah ospek. Dengan ospek, maka tingkat keberhasilan regenerasi lembaga kemahasiswaan sudah mencapai 40%, yang selanjutnya bisa dilakukan perekrutan dan semacamnya. Ada sebuah jaminan tersendiri dari ospek dimana transfer nilai-nilai akan bisa terus berlangsung.
Kepentingan Siapa?
OSPEK atau Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus. Sebuah proses penerimaan mahasiswa baru dalam dunia kemahasiswaan. Tidak bisa dipungkiri bahwa ospek adalah sebuah transisi kehidupan siswa. Kesan pertama mereka menatap kemahasiswaan adalah dengan apa yang telah dilakukan oleh para seniornya. Dan hal itu akan sangat mempengaruhi keadaan siswa dalam menempuh dunia kemahasiswaan mereka. Dan, tidak juga bisa diingkari bahwa ospek adalah sebuah konsep yang sangat ampuh dalam kaderisasi sebuah lembaga kemahasiswaan. Sebuah ospek yang ‘benar’ bisa menghasilkan kader yang sangat berkualitas.
Bagi sebagian kalangan mahasiswa, ada beberapa yang mempercayai bahwa ospek sama sekali tidak berarti. Namun, rata-rata pemikiran itu tidak sampai bertahan lama. Ada yang menganggap bahwa ospek adalah ulah sebagian mahasiswa senior yang ingin mencari muka dihadapan mahasiswa baru dengan tendensi tertentu. Ada juga pemikiran bahwa ospek adalah hanya sebuah ajang balas dendam masal terhadap apa yang pernah senior rasakan kepada yunior. Sebuah pemikiran yang kekanak-kanakan, yang sama sekali bertentangan dengan citra mahasiswa.
Ada beberapa kejadian kebelakang yang menempatkan ospek sebagai obyek pemberitaan. Sebuah tragedi yang menyebabkan ospek membawa korban jiwa. Menjadi sebuah pertanyaan balik yang dilontarkan kepada kita, apakah masih perlu ospek dilaksanakan? Dengan segala predikat dari ospek sendiri sebagai ajang perploncoan, pembatasan HAM, dan lainnya yang dipopulerkan oleh pemberitaan media.
Banyak pihak birokrat yang sudah mengeluarkan berbagai cara untuk menghentikan ospek. Mulai dari pelarangan ospek di masing-masing kampus oleh beberapa universitas, pemberlakuan sanksi bagi para pelaku ospek, hingga yang paling mutakhir adalah pengeluaran SK dari DIKTI yang melarang ospek ditingkat universitas. Masing-masing cara itu ditujukan untuk mengantisipasi efek dari ospek dari masa lalu yang mungkin terulang.
Mungkin pihak birokrat mulai tertekan dengan pemberitaan media yang semakin menyudutkan ospek. Dan juga masyarakat yang mulai semakin rajin memberikan nilai minus terhadap ospek. Akhirnya, sebuah penyama rataan terhadap seluruh kegiatan ospek di nusantara ini bahwa kegiatan ospek adalah terlarang.
Dari sini sudah terlihat bahwa pihak birokrat sudah melupakan akarnya. Di zaman ini, rata-rata pendidikan para birokrat adalah mahasiswa. Dan salah satu kepentingan mahasiswa telah ‘dipenjarakan’. Karena alasan diatas belumlah cukup dipakai untuk merantai ospek. Dan banyak ketidak jelasan yang telah dilontarkan pihak birokrat kepada mahasiswa.
Ada sedikit keanehan ketika pihak birokrat akhirnya ingin mengambil alih kegiatan ospek, dan ‘menyingkirkan’ mahasiswa sebagai pelaksana utama kegiatan ospek. Karena tidak bisa dipungkiri juga, bahwa yang benar-benar mengerti kondisi di lingkungan kemahasiswaan adalah mahasiswa itu sendiri. Mengenai nilai-nilai apa yang sesuai dengan kondisi kemahasiswaan saat ini, mahasiswa juga lebih tahu. Ada banyak hal yang tersembunyi dalam keputusan ini, mengingat yang menjadi obyek dari ospek adalah para mahasiswa baru yang masih belum terkontaminasi doktrin apapun.
Tantangan Bagi Organisasi Kemahasiswaan ?
Manfaat besar ospek untuk lembaga kemahasiswaan adalah ospek merupakan sebuah cara yang efektif untuk melanjutkan rantai regenerasi dan transfer nilai-nilai serta ideologi kemahasiswaan. Tentu saja sasarannya adalah para mahasiswa baru. Bagi mahasiswa baru, ospek dapat membantu untuk mengarungi kehidupan kemahasiswaan yang telah menantinya. 2 hal tersebut bisa sangat sinkron dan saling memberi manfaat apabila dilakukan pada koridor yang benar.
Namun, ketika akhirnya pihak birokrat memutuskan untuk mengambil alih, maka akan terdapat beberapa persepsi. Kita sebagai mahasiswa yang akan mengambil keputusan. Ada ataupun tidak ada ospek, pembinaan mahasiswa baru akan terus berjalan.
1 komentar:
Semua dilihat dari beberapa aspek.Kalo menurut saya,ospek tetap diadakan tapi harus ada satu pembuktian tentang pemikiran mahasiswa baru yang beranggapan bahwa, (ospek itu untuk ajang ."Wah-wahan senior","balas dendam", dan sebagainya). Apa sih yang akan didapat mahasiswa baru, ketika mereka mengikuti ospek dikampusnya??
Dan,"Biar dapat temen baru"
itu jawaban sebagian besar Maba,yang mungin terpaksa mengikuti ospek.Dan tak jarang ,ketika ada Maba yang tidak ikut ospek ,beranggapan bahwa ospek tidak penting dan hanya 'ngakali',dan menakut-nakuti.
Semoga saja ospek,tidak disalah artikan oleh maba .dan tidak disalah gunakan oleh pengospek .
Posting Komentar