Aku berpikir tentang keegoisan dan privacy
Aku berpikir tentang harga diri dan semangat
Aku berpikir tentang kebenaran dan rasa takut
Aku berpikir tentang kepedulian dan kekikiran
Aku berpikir tentang kebetulan dan takdir
Aku berpikir tentang kelembutan dan kekerasan
Aku berpikir tentang manfaat dan kemubaziran
Lalu semuanya terhenti seketika kala aku samapai pada ingatan tentang kehidupan dan kematian.
Tapi aku masih saja berpikir tentang semua itu bahkan kematian sendiri yang selalu menjadi teka-teki. Aku percaya bahwa perjalanan ini akan diakhiri dengan istirahat yang begitu panjang. Yang waktunya takkan pernah terhitung oleh stopwatch.
Tapi bukankah aku masih bisa berpikir dan mempertanyakan tentang semua itu ketika Yang Maha Esa masih menganugerahiku napas? Tetapi mengapa sebagian orang melarangku untuk melanjutkan jalan pikiranku ke arah yang akau kehendaki? Apakah berpikir itu dibatasi? Yang aku tahu bahwa selama kita tidak berpikir tentang Zat Allah, itu sah saja. Atau aku yang belum tahu ilmunya?
Aku dikatakan liberal karena aku sering tidak tunduk pada aturan. Tapi aku masih mengerti bahwa peraturan itu dibuat untuk ditaati bukan untuk dilanggar. Tetapi jika peraturan itu masih monoton? Apa bisa disebut sebagai sebuah proses pendisiplinan yang menyenangkan. Peraturan itu hanya akan membuat yang diberi menjadi jenuh dan akan semakin melanggar. Kenyataannya peraturan hanyalah seonggok tulisan dan ucapan tak bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar