Dulu di suatu waktu, di titian masa, dalam belenggu realita
Aku mencintaimu serupa aku membencimu
Aku membencimu serupa aku mencintaimu
sempat, sekali sua, lalu jumpa selanjutnya
kuungkap suatu makna, menjadi sesuatu yang susah kuartikan
sempat, pada kesempatan di depan sosokmu, di depan wajahmu, aku menatap
adakah kesempatan itu ikut kau ciptakan?
Dulu, di suatu waktu, di titian masa, dalam belenggu realita
rasa, menetap di dasar hati dan enggan untuk beranjak
kuusir namun mengejar
rasa, mengoyak logika namun kunikmati
kuobati namun justru bersarang
adakah rasa itu pernah kau cerna?
Dulu, di suatu waktu, di titian masa, dalam belenggu realita
ini, kuartikan sebagai cinta
ini, kuartikan sebagai buah rasa
ini, kuartikan sebagai proses
ini, kuartikan sebagai pelajaran
ini, kuartikan sebagai rencana
ini, kuartikan sebagai mimpi
ini, kuartikan sebagai bencana
ini, kuartikan sebagai kebohongan
ini, kuartikan sebagai penantian
ini, kuartikan sebagai kebodohan
ini, kuartikan sebagai pembuka pikiran
adakah kau sempat mengartikan semua ini?
Dulu di suatu waktu, di titian masa, dalam belenggu realita
jadi, kunikmati apa yang kusebut cinta
jadi, kucicipi apa yang kusebut buah rasa
jadi, kupahami apa yang kusebut pelajaran
jadi, kupelajari apa yang kusebut rencana
jadi, kugapai apa yang kusebut mimpi
jadi, kuantisipasi apa yang kusebut bencana
jadi, kuungkap apa yang kusebut kebohongan
jadi, kuberdoa untuk apa yang kusebut penantian
jadi, kusesali apa yang kusebut kebodohan
jadi, kusaring apa yang kusebut sebagai pembuka pikiran
adakah kau menjadikannya sama denganku?
Dulu di suatu waktu, di titian masa, dalam belenggu realita
milikmu, rasa itu
milikmu, keputusan itu
milikmu, jawab itu
dan aku? aku hanya diam dan berkata dalam hati "SEMPAT RASA INI JADI MILIKMU"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar