Beberapa bulan terakhir, sering kali emailku disinggahi oleh iklan – iklan tentang seminar. Banyak sekali teman – temanku yang berasal dari himpunan Mahasiswa, BEM, DPM, SEMA, DEMA dan berbagai rupa jubah organ intra dengan bangganya menyatakan.”eh himpunanku/Organku mau ngadain seminar lo”,atau”usul konkret,bagaimana kalau kita ngadain seminar agar rakyat tertolong”.
Terus terang,rasanya sungguh munafik bangga hanya dengan menyelenggarakan seminar. Lebih munafik lagi adalah menyatakan seminar dapat menolong rakyat. Hai teman,seminar – seminar atau apalah acara yang kau selenggarakan di gedung besar,dengan dasi,jas,dan coffee break itu hanyalah ungkapan kemandulanmu sebagai mahasiswa. Tidak perlu kau banggakan,dan tidak perlu juga kau bicarakan.
Ilmu apa yang sudah kau terapkan dengan menyelenggarakan seminar itu??Hai teman, ilmu yang kau dapatkan selama di kampus bukanlah ilmu untuk menjadi mc,untuk menjadi penerima tamu,ataukah ilmu untuk menjadi moderator. Ilmu yang kau dapatkan di kampus adalah ilmu alam yang diberikan Tuhanmu untuk kau sampaikan kepada umat-Nya. Jadi janganlah kau bangga dengan segelintir kepandaianmu menggunakan jas,dasi,atau sebagainya,sementara rakyat di luar sana menantikan uluran tanganmu.
Memang prestise kepanitiaan seminar dalam sebuah curriculum vitae lebih bergengsi daripada prestise partisipasimu dalam membantu rakyat. Tapi curriculum vitae hanya digunakan untuk mencari pekerjaan di dunia. Menyitir sebuah kalimat yang sering kali diucapkan temanku,”Tuhan tidak akan bertanya mana curriculum vitae mu,tapi Tuhan pasti akan bertanya sudahkan ilmu yang dititipkan-Nya padamu kau gunakan untuk umat-Nya”.
Ingat wahai teman,hidup ini tidak hanya di dunia saja.Kebanggaan hidup bukan saat kau memakai dasi dan jas yang menonjolkan gaya hidupmu. Gaya hidup bukan terlihat saat kau menikmati coffe break ataukah makan di hotel berbintang. Gaya hidup yang sejati adalah saat kau bisa menyatu dengan lingkungan sekitarmu. Lingkungan yang diberikan Tuhan padamu.
Wahai mahasiswa – mahasiswa hedonis, pernahkah engkau malu menggunakan dana puluhan juta rupiah dari para sponsor untuk makan2 di hotel berbintang, duduk – duduk di aula ber-ac atau malah tidur disana. Pernahkah saat itu kau memikirkan orang – orang menderita di pelosok Indonesia sana??
Sungguh ironis cermin mahasiswa Indonesia saat ini. Berkoar – koar di jalan membela rakyat,tapi di sisi lain bertipikal hedonis. Senang foya – foya menghamburkan uang yang seharusnya bisa digunakan untuk menolong rakyat. Menghabiskan listrik,BBM,atau uang hanya untuk pergiberdarmawisata sementara di sisi kiri kanan jalan yang dilalui terpampang realita bangsa saat ini.
Beginilah moral mahasiswa Indonesia yang sebenarnya, moral – moral munafik. Sama seperti pelajharan kemunafikan yang berbingkai Pancasila yang dipelajarinya. Pelajaran yang hanya mengandalkan imajinasi dan bukan realitas pribadi. Pelajaran yang hanya mengandalkan hitam di atas putih daripada realitas kebenaran hakiki.
1 komentar:
makasih sudah share
ST3 Telkom.ac.id
Posting Komentar