Rangkaian peristiwa kekerasan yang terjadi di negeri ini perlu direnungkan. Mengingat, ada kesan, konflik antar warga, mahasiswa dan elemen-elemen bangsa, tidak lepas dari sebuah bentuk “politik pengalihan”. Dan lebih memprihatinkan, masalah krusial itu dikelola secara tidak wajar oleh rezim SBY.
Konflik juga bukan hanya terjadi dalam protes-protes aksi masa. Namun, juga antar institusi negara. Sebagai misal, kasus pertikaian KPK dan Polri. Yang kemudian berujung pada pertentangan terbuka yang melibatkan rakyat banyak.
Lebih menyedihkan, muncul modus kekerasan yang dikemas dengan fenomena aksi teror bom. Dan celakanya teror ini hadir disaat momen penting nasional dan menajamnya sorotan publik terhadap perilaku penguasa. Sebutlah, teror bom pada beberapa hari lalu serta menjelang Pilpres 2004 dan 2009.
Tidak jauh dari rekayasa itu, kekerasan juga muncul dibalik hiruk pikuk tawuran antar mahasiswa, antar warga dan antar aparat keamanan. Khusus benturan antar mahasiswa diberbagai kampus di tanah air, ekselasinya justru terjadi sepanjang SBY tampil berkuasa.
Ada pendapat yang berkembang, mensenyalir konflik antar mahasiswa yang sering terjadi di sejumlah kampus, tidak lepas dari operasi intelijen. Tujuannya jelas untuk memecah bela solidaritas elemen-elemen mahasiswa. Kecurigaan ini bisa saja benar, karena pada masa pemerintahan Gus Dur dan Megawati, modus operasi intelijen itu nyaris tak terjadi.
SBY Penikmat Konflik
Memisahkan konflik dari SBY, rasanya mustahil. Sebab, dibalik wajah pencitraannya, justru tersembunyi api konflik yang menyala-nyala. Maka tak heran, acap kali SBY tampil berpidato, terbakarlah kemarahan publik.
Korelasi ini kian mencolok terlihat dari respon SBY seputar masalah skandal Century. Di mana, tidak ada satupun pidato atau komentarnya yang bertujuan meredam atau menyiram kesejukan di hati dan pikiran rakyat. Semakin SBY tidak transparan dan mengalihkan substansi masalah Century dari pandangan khalayak ramai, semakin menimbulkan pertentangan di masyarakat.
Bukan hanya itu, sikap tidak jelas SBY dalam kasus Century telah membuat sejumlah elemen partai yang berkoalisi dengannya terpaksa hengkang. Kenyataan ini pun menimbulkan kesan bahwa perilaku SBY bukanlah sosok pemimpin pemersatu namun sebaliknya. Jika, relasi politik disekitarnya saja tercerai-berai, lantas bagaimana dengan elemen-elemen yang ada diluar sistem kekuasaannya…?
Mengamati gaya SBY tersebut, tidaklah salah jika ada kesan bahwa SBY adalah tipe pemimpin “penikmat konflik”. Lihat saja, banyak konflik yang terjadi akhir-akhir ini seolah tidak membuat dirinya peka dan peduli.
Kesan ini membuat kita menjadi cemas dan prihatin. Jangan-jangan konflik dan aksi kekerasan yang bermunculan diseputar kasus Century adalah sebuah rekayasa politik. Yang tujuannya untuk mengalihkan konsentrasi dan bermaksud meredam tekanan publik yang mendesak penuntasan skandal Century.
Sumber http://politik.kompasiana.com/2010/03/06/ternyata-sby-penikmat-konflik…/
2 komentar:
arikelnya aneh
ST3 Telkom.ac.id
Posting Komentar