Jumat, 26 Desember 2008

Cinta Seumur Hidup

Cinta Seumur Hidup


Pernahkah kamu merasakan cinta?
Cinta yang mengendap sekian lama.
Cinta yang kamu tak pernah sadar bahwa itu ada.
Tapi selalu hadir.
Ada dan tak terlupa.

Saat dua insan memadu kasih.
Tiga tahun lebih mereka bercinta.
Mereka merasa saling cocok.
Merasa jodoh dan merasa sangat berbahagia.
Namun karena ada satu dan laen hal sebutlah keegoisan masa muda, kejenuhan,
Ataukah temperamen sesaat.
Mereka kemudian berpisah.

Setelah berjalan sekian lama mereka mulai bisa beradaptasi.
Sang cewek pun mulai mencari tambatan lain.
Berpacaran dan berganti pasangan dari waktu ke waktu.
Ada yg bertahan sekian lama namun seringkali hanya selintas lalu.
Tapi hubungannya dengan lelaki manapun selalu berakhir.
Sampai akhirnya wanita itu tersadar.
Bahwa dia tidak pernah merasa cocok dengan laki2 manapun.
Tidak bisa merasa nyaman dengan siapa pun.
Selain dengan mantannya.
Entah kenapa dia pun tak tahu.

Sesaat kemudian dengan berbekal keberanian dan memupus harga dirinya sebagai wanita dia mencoba mencari mantannya.
Selama ini pamali buatnya mengejar cowok.
Karena dia selalu dikejar-kejar sang kumbang.
Namun kali ini dia mulai mencari, menyusuri jejak-jejaknya dahulu dan mencoba menghubungi siapa saja yang mungkin dihubungi.
Termasuk menghubungi teman, kolega, saudara dari mantannya.
Sampai akhirnya dia mendapat kontak number mantannya itu.
Hanya sebuah nomor telepon dari seorang lelaki.
Seorang lelaki yg dia percaya membawa hatinya.
Namun berat baginya untuk langsung menghubungi.
Masalah bimbang, keraguan dan harga diri menghambat laju hatinya.

Sampai di suatu petang dia membulatkan tekad.
Dia menelepon laki2 itu.
Telpon diangkat oleh seorang wanita dengan sapaan ramah.
Setelah berbincang beberapa saat terungkaplah bahwa sang penerima telpon itu adalah istri mantannya.
Iya benar mantannya itu.
Pria yang membawa hatinya.
Sekarang telah menikah dengan wanita lain.
Dia merasa dikhianati.
Ditipu dan dipermainkan.
Kok bisa-bisanya lelaki itu...
Tapi dia punya kuasa apa.
Dia yang memilih untuk menjauh.
Dia yang memilih untuk berpisah dan tidak mempertahankan cinta mereka.
Meskipun sebenarnya dia tahu saat itu, bahkan sampai sekarang, dia masih mencintai pria itu
Tapi sekarang sudah terlambat

Sang istri pun memanggil suaminya.
Dengan berat hati.
Di detik-detik itu jantung wanita itu melambat, dan berhenti saat terdengar suara mantannya di ujung telpon.
Setelah itu mereka bercakap dan mulai bercakap.
Meskipun telah lama berpisah namun percakapan yg singkat itu terasa berbeda.
Dua hati yg saling mengisi.
Pembicaraan yang mengalir lancar.
Jika didengar seperti suara membuka kunci gembok yg tertutup sekian lama.
Mengembalikan kenangan indah saat bersama.
Pembicaraan berakhir saat sang pria disadarkan oleh tangisan bayinya.
Telpon berakhir sampai di situ.
Dan pembicaraan itu menyadarkan mereka bahwa mereka adalah satu.
Bahwa mereka ditakdirkan untuk bersama sampai akhir hayat.
Tapi mengapa harus seperti ini?
Mengapa dahulu, dia harus egois dan keras kepala.
Dia terus menyalahkan dirinya sendiri.
Tak mampu memaafkan keputusannya waktu itu.
Penyesalan selalu datang terlambat.

Wanita itu memutuskan untuk tidak akan lagi menghubungi mantannya.
Dia membulatkan tekad bahwa dia cukup bahagia hanya dengan mendengar bahwa lelaki yg benar2 dicintainya sudah berkeluarga
dan memiliki orang2 yg dicintai.

Dia mencoba melangkah lagi.
Berat memang.
Tapi tidak ada cara dan jalan yg laen.
Semua sudah terjadi.
Kadang kadang.. tidak semua apa yang kita mau bisa kita miliki.
Yang susah untuk kita, belum tentu buruk untuk kita.

Hari berganti hari, bulan berganti nama
Pergantian hari buat kita adalah pergantian tahun buat wanita patah hati itu.
Terasa berat, lama dan menyiksa.
Dan saat lukanya mulai tersembuhkan hpnya berdering.
Sebuah telpon dari seorang pria
Pria yg pernah dan selalu berada di hatinya.
Mantannya menelepon.
Mengajaknya untuk bertemu.
Dia katakan alasan hanya untuk melepas rindu.
Berat baginya untuk mengiyakan tapi lebih susah lagi untuk tidak bertemu sesaat lagi dengan pria pujaan hatinya itu.
Sang pria sedikit memaksa
Akhirnya dia mengiyakan
Apapun konsekuensinya nanti

Kencan itu memulai babak baru dalam kehidupan mereka berdua
Berawal dari satu kencan dilanjutkan ke kencan yang laen.
Dari satu telpon ke telpon laen.
Kembali seperti ABG yang sedang jatuh cinta.
Meski kini tak lagi muda.
Mereka melanjutkan masa cinta tiga tahun mereka dalam babak baru dan status baru.
Yang seorang sudah berkeluarga.
Dan yang satunya dengan berat hati menerima status sebagai selingkuhannya.

Sampai di suatu petang, saat mereka berjalan2 di tempat dimana mereka pertama kali bertemu.
Entah mengapa cakrawala saat itu begitu hangat. Tenang dan senyap.
Dan mereka bercakap di bawah redup sinar rembulan di tempat dimana mereka melihat belahan hati mereka untuk pertama kalinya.
Tiba - tiba sang pria berlutut dan melamar wanita itu.
Girang tak dikira.
Senang sekali hati wanita itu.
Hampir2 dia meloncat dan memeluk rembulan.
Dia terbang melenting tinggi.
Terhenti dan jatuh ke dalam jurang saat tersadar bahwa pria yang melamarnya sudah berkeluarga.
Bukan bujangan lagi.
Namun kini pria yg dia cintai itu melamarnya.
Ini impiannya.
Keinginan untuk hidup satu atap dengan pria belahan hatinya.
Hampir terwujud kini jika tidak bertemu dengan sebuah dilema.

Dia bertanya,
"bagaimana dengan istrimu?"
"anak2mu?"
"apa kamu tega menceraikannya dan meninggalkan mereka?"
"kamu jangan gila!"
"istrimu kan tidak bekerja dan hanya menggantungkan hidupnya padamu."

Sang pria menjawab,
"mengapa harus menceraikannya?"
"bukankah kita bisa semua hidup bersama."
"bahagia di bawah satu atap."

Poligami!!!
Bagai petir di siang bolong.
Wanita itu terhenyak.
Istilah apa itu?
Gak ada di kamusnya kata2 itu.
Gak buat sang wanita.
sang pria terus membujuk dan meyakinkan akan mendapat izin dari istri pertama
Dan berjanji akan adil seperti yang seharusnya.
Sang pria merasa mampu.

Sang wanita tertegun
Pria ini.
Pria yg hanya dia cintai selama ini.
Mau memadunya.
Dan menjadikannya istri kedua.

"Mengapa kamu tidak menceraikannya? Padahal kamu sadar bahwa hanya akulah yang kamu cintai selama ini."
"Bahwa kamu hanya mencintainya karena terbiasa dan rasa kasihan saja."
"Bahwa kamu menikahinya hanya karena dia mirip denganku."
"Fisiknya, sifatnya dan segalanya"
"Mengapa kamu mempertahankan mutiara palsu itu sedangkan kamu bisa membeli yang asli."
Sang wanita berteriak-teriak sambil menangis di hadapan pria itu.
Sang pria hanya bisa diam.
Dia tak berucap sepatah kata pun.
Bahkan untuk menghela napas pun terasa berat.
Semua yang dikatakan wanita itu benar adanya.
Karena memang hanya wanita dihadapannya inilah yang benar-benar bisa mengerti dia.

Perlahan dia memeluk wanita itu.
dan berbisik di telinganya :
"Tak semudah itu sayangku,"
"Bagaimana dengan anak2ku?"
"Bagaimana masa depan mereka kelak melihat orang tuanya cerai?"
"Aku gak bisa sayangku."
"Aku gak bisa..."

Dan gerimis pun memeluk mereka.
Dalam hening malam itu, langit pun tertegun.
Sayup-sayup terdengar bunyi gesekan dedaunan yang mengantar mereka menyudahi pertemuan itu.
Percakapan yang akan terngiang terus.

Seminggu berlalu.
Sang wanita belum juga menjawab lamaran itu.
Dia pernah kehilangan pria ini.
Dan dia tidak ingin terpisah lagi dengannya.
Dia beranikan diri untuk menyampaikan lamaran itu ke orang tuanya.
Sudah diduga,
Wanita itu dimarahi habis2an oleh keluarganya.
Lamaran itu ditolak mentah2 bahkan sebelum sang pria maju ke keluarganya
Hanya karena lamaran itu diajukan sebagai istri kedua.
Poligami masih sesuatu yang terlalu tabu di keluarga itu.
Tak pernah terjadi sebelumnya dan kini mengancam putri kesayangan mereka.
Tak pernah terjadi sebelumnya dan tak akan pernah.

Sejak saat itu sang wanita mulai menghindari sang pria.
Sebenarnya keluarganyalah yang menghindarkan wanita dari pria itu
Meskipun sang pria berusaha sangat keras untuk menghubunginya dan menemuinya.
Tapi usaha tersebut tak jua menemukan hasil.
Sampai suatu hari adek sang wanita datang ke rumah pria itu.
Dengan membawa undangan.
Undangan pernikahan kakaknya.
Dengan pria pilihan keluarganya.
Yang hanya dikenal kurang dari satu bulan oleh sang wanita.
Undangan diterima dengan baik oleh pria itu meskipun dia tidak pernah hadir dalam acara pernikahan sang wanita.
Bahkan untuk sms pun tidak.

Kini sang pria sibuk merenungi nasib.
Dan sang wanita diharuskan untuk mencintai suaminya
Atau mencoba mencintai suaminya lebih daripada mantannya
Dan mereka tidak pernah berhubungan lagi.
Kembali seperti saat mereka memutuskan untuk berpisah dulu.
Tapi kini bukan keputusan mereka, tapi karena keadaan sudah berbeda.
Meski sebenarnya sang wanita sudah rela untuk dimadu saat keluarganya memilihkan calon suami untuknya.
Terpisah karena status.
Dan keberadaan sosial.

Dan seiring bergantinya waktu.
Kenangan itu tak terpupus waktu.
Satu fakta bisu terucap.
Bahwa selama mereka berpisah di setiap tahunnya
Mereka mengunjungi tempat yang sama.
Sekedar lewat atau berhenti sejenak.

Dua puluh lima tahun kemudian sejak kejadian itu.
Secara tidak sengaja di mall yang menjadi pusat perbelanjaan di kota itu mereka bertemu.
Dari situ mereka lanjutkan untuk makan sejenak dan mengingat masa lalu.
Toh itu sudah dua puluh lima tahun lebih.
Dari percakapan itulah diketahui bahwa istri sang pria sudah meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit.
Dan kini pria tua ini tinggal bersama keluarga anaknya yang pertama dengan bahagia.
Sang wanita pun kini sudah memiliki anak dan cucu.
Anak cucu yang tak kalah lucunya.
Untuk sesaat mereka sudah tersenyum saat melihat kembali kenangan kisah cinta mereka.
Saling berbahagia karena kini sudah ada keluarga tempat mereka tinggal.
Kenangan tersebut hanya berakhir di meja makan dan mereka kembali ke keluarga masing-masing.
Melanjutkan hidup.

Lima tahun kemudian mereka bertemu lagi.
Dalam kondisi yang sangat tidak berbahagia.
Sang wanita terbaring koma.
Dia mengalami kecelakaan.
Kecelakaan yang membuat suaminya meninggal dunia dan membuat dirinya koma.
Kondisinya sangat memprihatinkan.
Luka dalam yang serius membalutnya dan keluarganya.
Kini wanita cantik itu terbaring lemah.
Dalam rona kecantikan yang sudah memudar.
Tak lagi secantik dan seceria dulu.
Anak cucunya mendampingi di sisi ibu dan nenek mereka di setiap hari.

Pria itu hanya bisa tertegun.
Menyaksikan wanita yang pernah dicintainya terbaring lemah di kasur.
Koma.
Dihampirinya wanita itu.
Disentuh dan diajak bicara.
Mengobrol.
Sama saat mereka masih pacaran dulu
Tanpa menghiraukan keluarga sang wanita dan keluarganya.
Digenggam tangannya dan diusapnya perlahan.
Ditatapnya wanita itu.
Tatapan bercahaya dan penuh harapan.
Seolah-olah hanya dialah orang yang paling mengharapkan kehadiran kembali wanita itu.
Wanita yg membuatnya tersadar untuk tidak menikah lagi setelah istrinya meninggal
Wanita yang membuat dia sadar bahwa selama berpuluh2 tahun kehidupan bersama keluarganya.
Dia merasa tidak lebih bahagia dan nyaman dibanding saat2 bersama wanita koma itu.
Meskipun hanya tiga tahun mereka bersama
Sesaat dia berbisik di telinga itu
Dan do'a pun melayang.
Kalo pun Tuhan mengizinkan wanita itu kembali dia takkan membiarkannya pergi.
Lagi.
Dia akan menikahinya.
Dan hidup bersamanya.
Bagaimanapun kondisinya
Apapun kata orang lain

Akhirnya, wanita itu tersadar.
Dan sang pria menepati janjinya.
Mereka menikah.
Meskipun nada miring muncul dari keluarga, anak dan cucu mereka.
Tapi mereka tak peduli.
mereka yang menjalani.
Telah sangat lama mereka terpaksa hidup dalam keputusan orang lain dan berpisah.
Kini kesempatan itu hadir dan mereka tak kan membiarkannya pergi lagi.

Kini setiap hari mereka bisa bersama
Merasakan bahagia
melanjutkan kisah cinta mereka.
Bersama mengunjungi kebun bunga mawar.
Kebun bunga yang dahulu adalah tempat dimana sang pria melamar gadis itu.
Tempat yang sama saat pertama kali mereka bertemu.
Setiap hari jadi mereka, sang pria menghampiri tempat itu.
Dan menanam sembilan bibit mawar di tempat itu.
Setelah di tahun sebelumnya menghabiskan banyak tabungannya untuk membeli tempat itu.
Kini tempat itu telah menjadi kebun bunga mawar.
Bunga kesayangan sang wanita.
Bunga yang menjadi kesayangannya setelah pada kencan pertamanya dulu sang pria memberikan bunga mawar kepadanya.

Hanya dua tahun kemudian wanita itu meninggal.
Luka dalam akibat kecelakaan itu tak bisa disembuhkan secara total.
Dan menggerogotinya selama perlahan.
Meskipun pengobatan intensif selama dua tahun tak mampu menyembuhkannya.
Setiap saat dia harus menjalani pengobatan dan pemeriksaan rutin.
Sampai akhir masanya berhenti.

Dua tahun itu dua tahun paling membahagiakan dalam hidup mereka.
Meskipun terbalut pemeriksaan medis rutin.
Tapi selalu penuh dengan tawa dan senyum ceria mereka.
Tapi senyum ini harus terhenti.
Kini mereka harus berpisah lagi.
Cinta yang sedemikian kuat kepada pria pujaan hatinya.
Cinta yang mampu membangunkannya dari koma untuk hidup sejenak dengan pria pujaannya.
Kini cinta itu mengantar mereka ke perpisahan abadi.
Berharap kelak bertemu kembali.

Bak pepatah berkata,
"Terkadang apa yang kamu cari ada tepat di depan matamu,
tapi ketidak pastian dunia akan hal baru sering menutupi fakta ini."

Tidak ada komentar: