Selasa, 03 Februari 2009

Ada Apa?,.. Hegemoni & Gramsci

Pendahuluan

Tumbangnya rezim-rezim Eropa Timur yang dikendalikan oleh partai-partai komunis tahun 1989, dan perubahan menyeluruh yang terjadi di Uni Soviet, telah memberikan pukulan berat terhadap Marxime di Inggris dan di seluruh dunia. Tahun itu dapat dikatakan merupakan titik balik sejarah, yang menandakan matinya proyek besar sosialis yang dimulai 1917.

Bagaiamanapun juga ketika mereka masih berdiri tegak, rezim-rezim yang bersifat birokratis dan represif di Uni Soviet dan Eropa Timur, yang mengklaim dibangun di atas prinsip-prinsip Marxisme terus menjadi ancaman. Sekarang ketika rezim-rezim itu menemui kematian, muncul kesempatan untuk memperbarui gerakan sosialis dan membangun bentuk sosialisme demokratis.

Partai Komunis Inggris telah mengalami kemerosotan sejak berakhirnya perang dunia II, dan ini terbendung oleh semakin besarnya perhatian terhadap Marxisme yang berkembang pada akhir 1960-an. Tahun-tahun tersebut menjadi saksi menyebarnya gerakan-gerakan dan ide-ide radikal dalam skala internasional, hingga puncaknya peristiwa dramatis di Perancis Mei 1968. Di Inggris, ada gerakan yang menentang perang di Vietnam, tumbuhnya militansi dalam serikat-serikat dagang, meningkatnya gerakan mahasiswa di universitas dan sekolah tinggi, gelombang baru feminisme dengan dibentuknya gerakan perempuan, dalam bentuk yang sangat berpengaruh dan sama sekali baru. Di samping itu, terdapat pula gerakan ekologi serta berbagai bentuk gerakan masyarakat lainnya.

Munculnya berbagai gerakan sosial ini dibarengi oleh meluasnya pengaruh ide-ide Marxis. Tetapi Marxis klasik, sebagaimana yang dikembangkan Marx dan Engels tidak berhasil merumuskan sebuah teori politik yang memadai. Dua pendekatan yang berbeda terhadap politik, khususnya terhadap negara, dikembangkan dalam karya-karya mereka. Di satu pihak, institusi politik cenderung dilihat sebagi cerminan dari strukutur ekonomi (negara digambarkan sebagai alat dominasi kelas). Di pihak lain, negara dapat mencapai tingkat independensi dibidang ekonomi yang terbebas dari kelas yang dominan dan bahwa hubungan yang komplek dapat berkembang di antara kelas, partai politik dan negara.

Kelemahan-kelemahan itu, selanjutnya oleh Gramsci diperlihatkan melalui karyanya ketika ia mengembangkan konsep hegemoni. Bagaimana kelemahan-kelemahan dari kritik Leninisme dapat diatasi, dan bagaimana kekuatan penuh dari kritik Lenin terhadap ekonomisme bisa diwujudkan. Di mata Gramsci, sejarah mempunyai gerakan tersendiri, terlepas dari kehendak manusia yang berasal dari pertumbuhan kekuatan-kekuatan produksi yang terus berlangsung. Kapitalisme dipandang sebagai perkembangan yang niscaya menuju krisis dan kehancuran ekonomi karena pertentangan antara berbagai kekuatan dan hubungan produksi menjadi semakin besar.

Pandangan Gramsci tentang hegemoni menurut Stuart Hill telah mendorong kita kembali untuk merumuskan watak kelas dan kekuatan-kekuatan sosial. Bahkan dia membuat kita untuk memikirkan kembali makna sejati kekuasaan, agendanya dan syarat-syarat eksistensi.

Mengenal Antonio Gramsci

Antonio Gramsci dikenal sebagai salah satu seorang pemikir besar dan kritis abad 20. bahkan Gramsci dalam tradisi pemikiran teori kritik, disebutkan sebagai pemikir besar setelah Marx. Gramsci dikenal melalui terjemahan dari pilihan kumpulan catatan dari penjara yang dibukukan dengan judul Quqreni del Carcere atau Selection from the Prison Notebooks yang merupakan buku harian yang ditulis di penjara antara tahun 1929-1935.

Gramasci lahir 22 Januari 1891 di Ales, Sardinia dan meninggal di Roma, 27 April 1937. berasal dari kelas bawah Pulau Sardinia, Italia. Gramsci memasuki perguruan tinggi setelah memenangkan perolehan beasiswa di Universitas Turin, tahun 1911. itulah tahun-tahun dimana ia banyak membaca dan belajar pemikir filosof idealis Beneddetto Croce dan memang pada perjalanan hidup selanjutnya pkirian-pikiran Croce banyak mempengaruhi Gramsci.

Sejak menjadi mahasiswa, minat Gramsci terhadap politik mulai tumbuh dengan ikut bergabung dalam Partai Sosialis Italia tahun 1913. ia mulai menjalani hidup sebagai seorang aktivis dengan bekerja pada koran sosialis di kota itu. Sebagai seorang aktivis, Gramsci menekuni bidang pemikiran dan konsepsi ideologi kritik dan konter terhadap ideologi dominan yang dikembangkan oleh negara, sehingga tahun 1919, dalam usianya yang masih muda, ia telah memimpin sebuah mingguna ternama Ordiene Nouvo.

Tahun 1922, Gramsci pindah ke Rusia dan bekerja sebagai Comintern di Moskow dan Wina hingga 1924. disana, Gramsci banyak berdiskusi apa yang harus dilakukan oleh sosialisme di Uni Soviet. Pada saat itulah ia mulai menggelisahkan perkembangan sosialisme dan melancarkan kritik terhadap perkembangan komunisme di Uni Soviet, dengan memberikan konsepsi mengenai bagaimana seharusnya Partai Komunis yang demokratis di negara-negara barat. Oleh karenanya, Gramsci juga dikenal sebagai peletak dasar pikiran ‘Western Communism”.

Sekembalinya dari Rusia, Gramsci terpilih sebagai anggota parlemen Italia tahun 1924 sebagai wakil dari golongan sosialis. Ia berusaha melakukan transformasi terhadap Partai Komunis – yang tidak lagi terbuka, bahkan sangat sektarian – menjadi partai yang berakar pada gerakan massa.

Tahun 1926, Gramsci di tahan dan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara oleh pemerintahan fasis Mussolini. Di dalam penjara itulah, ia banyak menuliskan pikiran-pikirannya. Selama dalam penjara, Gramsci tidak kurang menulis 34 buku catatan harian. Tahun 1934 dikenal sebagai tahun berakhirnya gerakan kaum kiri di Italia, dengan di tangkapnya Gramsci oleh penguasa dan di tahan di pulau Ustica dekat pantai Sisilia. Kemudian pada 22 April 1937 Gramsci meninggal dunia di kamar penjaranya melalui penderitaan panjang karena sakit.

Konsep Gramsci tentang Hegemoni
1. Kekerasan dan Konsensus
Titik awal konsep Gramsci tentang hegemoni adalah, bahwa suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan cara kekerasan dan persuasi. Dalam catatannya terhadap karya Machiavelli, The Prince (Sang Penguasa), Gramsci menggunakan centaur mitologi Yunani, yaitu setengah binatang dan setengah manusia, sebagai simbol dari ‘perspektif ganda’ suatu tindakan politik – kekuatan dan konsensus, otoritas dan hegemoni, kekerasan dan kesopanan. Hegemoni bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis. Hegemoni adalah suatu organisasi konsensus. Dalam beberapa paragraf dari karyanya Prison Notebook, Gramsci menggunakan direzone (kepemimpinan, pengarahan) secara bergantian dengan egomonia (hegemoni) dan berlawanan dengan dominazione (dominasi). Penggunaan kata hegemoni dalam pengertian Gramsci harus dibedakan dari makna asalnya dalam bahasa Yunani, yaitu penguasaan satu bangsa terhadap bangsa lain.
2. Asas Lenin
Dasar-dasar konsep hegemoni diletakkan oleh Lenin dengan menyempurnakan upaya yang telah dikerjakan oleh para pendiri gerakan buruh Rusia. Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Perry Anderson, istilah hegemoni pertama kali dipakai oleh Plekhanov dan pengikut Marxis Rusia lainnya pada tahun 1880-an untuk menunjukkan perlunya kelas pekerja untuk membangun aliansi dengan petani dengan tujuan meruntuhkan gerakan Tsarisme. Kelas pekerja harus mengembangkan kekuatan nasional, berjuang untuk membebaskan semua kelas suatu kelompok yang tertindas. Ini dikembangkan oleh Lenin, dalam aliansinya dengan para petani, kelas pekerja Rusia bertindak sebagai kekuatan utama (hegemonik) dalam revolusi demokratis-borjuis untuk menggulingkan kekuasaan bangsa Tsar. Dengan cara ini, kelas pekerja, yang pada masa itu masih merupakan kelompok minoritas, mampu memperoleh dukungan dari mayoritas penduduk.
3. Hegemoni menjadi sebuah konsep
Bagi Lenin, hegemoni merupakan strategi untuk revolusi, suatu strategi yang harus dijalankan oleh kelas pekerja dan anggota-anggotanya untuk memperoleh dukungan dari mayoritas. Gramsci menambahkan dimensi baru pada masalah ini dengan memperluas pengertiannya sehingga hegemoni juga mencakup peran kelas kapitalis beserta anggotanya, baik dalam merebut kekuasaan negera maupun dalam mempertahankan kekuasaan yang sudah diperoleh.
Jadi, Gramsci merubah makna hegemoni dari strategi menjadi sebuah konsep. Ia mengembangkan gagasan-gagasan tentang kepemimpinan dan pelaksanaannya sebagai syarat untuk memperoleh kekuasaan negara ke dalam konsepnya tentang hegemoni. Hegemoni merupakan hubungan antara kelas dengan kekuatan sosial lain. Kelas hegemonik, atau kelompok kelas hegemoni adalah kelas yang mendapatkan persetujuan dari kekuatan dan kelas sosial lain dengan cara menciptakan dan mempertahankan sistem aliansi melalui perjuangan politik dan ideologi.
4. Hubungan kekuatan: ekonomi-korporasi/hegemoni
Gagasan tentang pembangunan sistem aliansi merupakan tema sentral dari konsep hegemoni. Kelas pekerja hanya bisa menjadi kelas hegemonik dengan memperhatikan berbagai kepentingan dari kelas dan kekuatan sosial yang lain serta menemukan cara untuk mempertemukannya dengan kepentingan mereka sendiri. Kepentingan ini tidak boleh sebatas pad perjuangan lokal, atau apa yang disebut Gramsci perjuangan ekonomi-korporasi, dan mereka harus siap membuat berbagai konsensus, agar bisa mewakili semua kelompok kekuatan sosial yang besar. Jadi hubungan antara dua kelas utama yaitu pemodal dan buruh bukan merupakan hubungan pertentangan yang sederhana antara dua kelas, melainkan hubungan yang komplek yang melibatkan kelas-kelas dan kekuatan-kekuatan sosial lainnya. Masing-masing pihak berusaha keras memperkuat aliansinya sendiri, memecahkahbelah aliansi kelompok lain, dan mengubah perimbangan kekuatan demi kepentingan kelompoknya.
5. Nasional-kerakyatan
Bagi Lenin, hegemoni terutama dipahami dalam pengertian alinasi antar kelas atau kelompok kelas. Gramsci menambahkan dimensi baru yang sangat penting dengan mengajukan konsep tentang nasional-kerakyatan (suatu kelas tidak bisa meraih kepemimpinan nasional, dan menjadi hegemonik, jika kelas itu hanya membatasi pada kepentingan mereka sendiri), mereka harus memperhatikan tuntutan perjuangan rakyat yang tidak mempunyai karakter kelas yang bersifat murni, yakni yang tidak muncul secara langsung dari hubungan-hubungan produksi. Misalnya adalah perjuangan-perjuangan radikal rakyat bagi kebebasan sipil, gerakan-gerakan pembebasan nasional, gerakan perempuan, gerakan perdamaian, dan berbagai gerakan yang mengungkapakan tuntuan dari kaum minoritas etnik, dari kaum muda atau pelajar.
Gerakan-gerakan itu semua mempunyai sifatnya sendiri dan tidak dapat dipahami semata-mata sebagai perjuangan kelas sekalipun mempunyai kaitan dengannnya. Jadi, hegemoni mempunyai dimensi nasional-kerakyatan, disamping dimensi kelas. Hegemoni memerlukan penyatuan berbagai kekuatan sosial yang berbeda ke dalam sebuah aliansi yang luas yang mungungkapkan kehendak kolektif semua rakyat, sehingga masing-masing kekutan ini mempertahankan otonominya sendiri dan memberikan sumbangan dalam gerak menuju sosialisme. Strategi membangun suatu kelompok besar yang terdiri dari berbagai kekuatan-kekuatan sosial yang disatukan oleh konsepsi yang sama tentang dunia inilah yang disebut Grmasci perang posisi.
6. Revolusi Pasif
Dalam menganalisis perang posisi yang berlangsung antara dua kelas utama untuk meraih hegemoni, Gramsci melakukan pembedaan tegas antara strategi yang diteapkan kelas kapitalis dengan strategi yang diterapkan kelas pekerja. Strategi kaum borjuis mempunyai sifat khusus yang dinamakan revolusi pasif. Ia mengembangkan konsep ini dari analisisnya terhadap Risorgimento, gerakan untuk menyatukan Italia pada pertengahan abad 18.
Gramsci menegaskan bahwa revolusi pasif merupakan respon yang khas kaum borjuis ketika hegemoninya terancam secara serius sehingga perlu dilakukan proses pengorganisasian kembali secara menyeluruh dalam rangka membangun kembali hegemoninya. Revolusi pasif terjadi manakala berbagai perubahan yang berskala luas dalam struktur sosial dan ekonomi berasal dari atas, melalui agen negara, tanpa melibatkan partisipasi aktif rakyat.
Revolusi sosial yang menjadi tuntutan kekuatan oposisi mungkin juga berlangsung namun hanya dimaksudkan untuk memecah belah kekuatan-kekuatan ini dan melumpuhkan perjuangan rakyat. Dengan demikian, strategi yang tepat bagi kelas pekerja adalah revolusi anti-pasif yang dibangun dengan memperkuat perjuangan kelas yang bersifat demokratis-kerakyatan secara terus menerus.
7. Revolusi Intelektual dan moral
Tugas menciptakan hegemoni baru, berlawanan dengan apa yang dilakukan kaum kapitalis, hanya dapat diraih dengan mengubah kesadaran, pola berpikir dan pemahaman masyarakat, “kosepsi mereka tentang dunia”, serta norma perilaku moral mereka. Gramsci membandingkan perubahan ini dengan perubahan menyeluruh terhadap kesadaran rakyat yang ditimbulkan oleh Reformasi Protestan pada abad 16 dan Revolusi Perancis.
8. Pemikiran Awam
Dalam menjelaskan proses reformasi intelektual dan moral, Gramsci menghapuskan perbedaan antara Marxisme sebagai filsafat dan Marxisme sebagai kesadaran aktual masyarakat. Gramsci memakai istilah pemikiran awam untuk menunjukkan cara orang awam yang tidak kritis dan tidak sadar dalam memahami dunia. Pemikiran awam merupakan tempat dibangunnya ideologi, juga menjadi tempat perlawanan terhadap ideologi itu. Tugas Marxisme adalah melakukan kritik pemikiran awam, dan – melalui proses interaksi – mengembangkan inti positifnya menjadi pemikiran awam sosialis yang baru dan runtut.
9. Masyarakat sipil
Hubungan sosial yang membentuk masyarakat sipil berbeda dengan aparat-aparat yang membentuk negara. Masyarakat sipil adalah suatu wadah perjuangan kelas dan perjuangan demokrasi-kerakyatan. Jadi, masyarakat sipil adalah wadah dimana kelompok sosial yang dominan mengatur konsesus dan hegemoni. Masyarakat sipil juga mengatur kelompok-kelompok sosial yang lebih rendah yang dapat menyusun perlawanan mereka dan membangun sebuah hegemoni alternatif – hegemoni tandingan.
10. Blok Historis
Hubungan sosial masyarakat sipil berkaitan erat dengan hubungan produksi. Gramsci menyebutnya blok historis untuk menunjukkan cara yang dilakukan kelas hegemoni dalam memadukan kepemimpinan dari suatu kelompok kekuatan sosial dalam masyarakat sipil dengan kepemimpinan dalam bidang produksi.
11. Watak kekuasaan
Marxisme-Leninisme mempunyai kecenderungan bahwa kekuasaan itu terpusat dalam negara dan tujuan dari strategi revolusioner adalah merebut kekuasaan (pergolakan the winter palace 1917). Hanya setelah kekuasaan direbut oleh kelas pekerja maka pembangunan sosialisme dapat dimulai.
Gramsci menyatakan bahwa kekuasaan harus dipahami sebagai sebuah hubungan. Hubungan sosial dalam masyarakat sipil juga merupakan hubungan kekuasaan sehingga kekuasaan juga bisa merata ke seluruh masyarakat sipil, bukan hanya terwujudkan dalam aparat negara yang bersifat koersif. Gramsci menggunakan istilah negara integral untuk menjelaskan konsepsi yang baru mengenai watak kekuasaan ini yang dianggapnya hegemoni yang dilapisi kekuasaan. Dengan demikian, perjuangan politik kelas pekerja menuju sosialisme tidak boleh sebatas untuk merebut kekuasaan negara, tetapi harus diperluas pad seluruh lapisan masyarakat sipil. Adalah penting untuk mencapai tingka hegemoni yang kuat dalam masyarakat sipil karena hal itu menjadi syarat untuk melakukan kontrol atas negara. Pencapaian kontrol atas negara itu hanya merupakan sebagian dari transisi menuju sosialisme.
12. Perang posisi
Dalam sebuah negara yang masyarakat sipilnya sudah maju, perang gerakan harus memberi jalan bagi pelaksanaan strategi yang berbeda, yaitu perang posisi. Revolusi merupakan proses memperluas hegemoni kelas pekerja – dengan membangun sebuah blok sejarah baru – dan bukan merupakan sebuah penghancuran total yang berlangsung sesaat yaitu ketika kekuasaan negara lepas dari satu kelas ke kelas lain. Jadi, transisi menuju sosialisme terdiri dari dua proses yang berbeda yang saling berkaitan tumbuhnya hegemoni kelas pekerja, dan transformasi negara menuju bentuk negara sosialis.

Dalam pandangan Gramsci kekuasaan bukanlah dominasi milik suatu kelas tertentu yang menguasai kelas lainnya, melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis. Konsep ini yang kemudian dikenal orang sebagai ‘hegemoni’.

Bagi Lenin, hegemoni merupakan strategi untuk revolusi, suatu strategi yang harus dijalankan oleh kelas pekerja dan anggota-anggotanya untuk memperoleh dukungan dari mayoritas. Gramsci menambahkan dimensi baru pada masalah ini dengan memperluas pengertiannya sehingga hegemoni juga mencakup peran kelas kapitalis beserta anggotanya, baik dalam merebut kekuasaan negara maupun dalam mempertahankan kekuasaan yang sudah diperoleh.

Jadi, Gramsci merubah makna hegemoni dari strategi menjadi sebuah konsep. Ia mengembangkan gagasan-gagasan tentang kepemimpinan dan pelaksanaannya sebagai syarat untuk memperoleh kekuasaan negara ke dalam konsepnya tentang hegemoni. Hegemoni merupakan hubungan antara kelas dengan kekuatan sosial lain. Kelas hegemonik, atau kelompok kelas hegemoni adalah kelas yang mendapatkan persetujuan dari kekuatan dan kelas sosial lain dengan cara menciptakan dan mempertahankan sistem aliansi melalui perjuangan politik dan ideologi.

Gramsci menyatakan bahwa kekuasaan harus dipahami sebagai sebuah hubungan. Hubungan sosial dalam masyarakat sipil juga merupakan hubungan kekuasaan sehingga kekuasaan juga bisa merata ke seluruh masyarakat sipil, bukan hanya terwujudkan dalam aparat negara yang bersifat koersif. Gramsci menggunakan istilah negara integral untuk menjelaskan konsepsi yang baru mengenai watak kekuasaan ini yang dianggapnya hegemoni yang dilapisi kekuasaan.

Dengan demikian, perjuangan politik kelas pekerja menuju sosialisme tidak boleh sebatas untuk merebut kekuasaan negara, tetapi harus diperluas pad seluruh lapisan masyarakat sipil. Adalah penting untuk mencapai tingka hegemoni yang kuat dalam masyarakat sipil karena hal itu menjadi syarat untuk melakukan kontrol atas negara. Pencapaian kontrol atas negara itu hanya merupakan sebagian dari transisi menuju sosialisme.

Tidak ada komentar: